SEBAGAI penganggur, Gendon (34), “kreatip” sekali cari uang. Yu Jeprik (52), pemilik warung yang berpenampilan genit dan pesolek, dijadikan sasaran. Dia dipacari dan digauli di warung, kemudian Yu Jeprik dipentung saat tidur. Setelah tewas uang dan perhiasannya dirampok, untung polisi segera menangkapnya.
Agar warungnya laris dan didatangi pelanggan, pemilik warung harus tampil menawan. Tak sekedar wajah, tapi juga tutur kata dan perilaku. Maka banyak terjadi, warung makan yang masakannya biasa saja, tapi karena pemiliknya cantik dan ramah, banyak pelanggannya. Di antara pelanggan ada yang sambil menggigit paha goreng, tapi otaknya memikirkan paha pemilik warung.
Gendon warga Ngusikan Kabupaten Jombang, termasuk lelaki yang berotak ngeres itu, asal masuk ke warung Yu Jeprik di Kesamben. Sebetulnya wanita itu tidak cantik, hanya menang bodi. Tapi kerena rajin bersolek dan selalu pakai gelang dan anting di warungnya, Yu Jeprik jadi tampil beda. Maka kebanyakan pelanggan warungnya para kaum lelaki, terutama sopir truk.
Gendon bukan sopir truk maupun sopir angkot, tapi penganggur, karena kerjanya hanya menganggur itu tadi. Jika orang cuti paling dua minggu, dia bisa cuti di luar tanggungan negara sampai berbulan-bulan. Namun demikian dia sering mampir makan di warung Yu Jeprik. Lalu siapa pula penyandang dana atau sponsor kepengangguran Gendon tersebut?
Yang jelas dia sering makan di situ karena ingin mendekati Yu Jeprik. Bukan untuk diambil sebagai istri, tapi hanya akan diporotin uang dan perhiasannya. Bagi Gendon yang pengangguran, kalung Yu Jeprik yang hanya 5 gram, atau gelang yang hanya 10 gram, itu sangat berarti sekali. Dan Gendon ingin memilikinya, boleh secara kasar, boleh pula secara halus. Orang Jawa bilang, “Agal alus tak sembadani.”
Karena sering makan di situ, lama-lama Gendon – Yu Jeprik jadi kenal akrab. Bahkan pemilik warung itu sering tanpa sungkan minta tolong Gendon bongcengin muter nagihi uang kepada para relasi bisnis janda beranak satu ini. Yu Jeprik selain buka usaha warung juga jadi rentenir kecil-kecilan, utang Rp 100.000,- kembali Rp 120.000,-
Dan imbalan yang diterima Gendon bukan uang, tapi goyang. Artinya, habis muter nagih utang, ketika warung sudah tutup, di situlah penganggur ini dapat pelayanan seksual. Sama-sama butuh memang. Yu Jeprik butuh pengusir rasa sepi, dan Gendon punya target tersembunyi yang sama sekali tak diketahui oleh Yu Jeprik.
Entah sudah berapa kali Gendon melayani darurat syahwat Yu Jeprik, sampai pada kejadian belum lama ini. Selesai nagih kreditan, keduanya segera masuk kamar dan “bertempur” sebagaimana biasa. Dalam rangka relaksasi inilah Yu Jeprik lalu tertidur pulas. Mungkin di alam sana dia bermimpi sedang jalan berdua bersama Gendon bak Rama dan Sinta dalam kisah Ramayana.
Tak tahunya, diam-diam Gendon bangun dan kemudian mengambil sepotong besi yang telah dipersiapkannya. Tanpa punya belas kasihan, janda yang sedang terlena dalam mimpi itu dipukul kepalanya berulang kali, dan tentu saja langsung tewas tanpa njaluk
banyu (minta minum).
Perhiasan kalung dan gelang yang selama ini jadi asosoris di warungnya, langsung diambil. Begitu pula uang tunai hasil nagih sore itu sebanyak Rp 30.000,- Kemudian Gendon pergi menyelamatkan diri ke daerah Asem Gede untuk menghindari kejaran polisi.