ADVERTISEMENT

Siaga Bencana di Ibukota

Senin, 25 Januari 2021 06:00 WIB

Share
Siaga Bencana di Ibukota

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

WILAYAH Indonesia telah memasuki musim hujan sejak Oktober 2020. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sejak awal sudah mengingatkan semua pihak supaya siaga akan dampak dari cuaca ekstrem serta curah hujan yang tinggi. Semua stake holder harus siap menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi. 

Bencana hidrometeorologi adalah bencana yang dipicu oleh cuaca dan iklim seperti banjir, angin puting beliung, longsor dan kejadian lainnya. Peningkatan potensi bencana ini diakibatkan fenomena iklim dan La Nina, lalu angin Monsun Asia yang mendorong pembentukan awan-awan, serta fenomena Madden Julian Oscillation (MJO), yaitu gelombang atmosfer yang membawa kumpulan awan hujan.

Peringatan yang dikeluarkan BMKG, adalah alarm bagi seluruh elemen mulai dari pemerintah pusat, perangkat daerah, serta masyarakat supaya siaga. 
Bencana hidrometeorologi kini terjadi di sejumlah wilayah. Banjir serta longsor terjadi di beberapa daerah, bahkan menelan korban jiwa. Wilayah Jabodetabek juga tidak terlepas dari bencana. Dimulai dari peritiwa 
longsor di kawasan hulu Puncak, disusul banjir yang merendam kawasan hilir di 7 titik di Bekasi. Komplek perumahan, yakni Komplek Dosen IKIP dan Perumahan Jatibening, Minggu (25/1/2021) terendam satu meter. 

Begitu pula wilayah Jakarta juga tergenang. Minggu (24/1/2021) hujan yang mengguyur Ibukota sejak pagi  mengakibatkan beberapa titik terendam.

Pusat Data dan Informasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI mencatat terdapat 10 titik 
jalan tergenang akibat curah hujan yang tinggi.

Curah hujan pada Januari 2021 ini memang tidak sebesar pada malam pergantian tahun 30 Desember 2020-1 Januari 2021. Kala itu hujan ekstrem selama hampir 24 jam mengguyur Jabodetabek dan Banten hingga terjadi banjir besar. Kita tentu berharap bencana serupa tidak terulang. Itu sebabnya kewaspadaan harus terus ditingkatkan. Pintu air siaga 24 jam, begitu pula 487 pompa stationer di DKI dipastikan siap.

Mitigasi secara konprehensif harus disiapkan secara matang melibatkan semua lini termasuk kontribusi dan peran aktif masyarakat. Fenomena alam tidak bisa dicegah. Yang bisa dilakukan adalah meminimalisir dampak dari bencana itu agar tidak menimbulkan kerugian baik harta maupun korban jiwa.**

ADVERTISEMENT

Reporter: Yulian Saputra
Editor: Yulian Saputra
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT