JAKARTA – Pedagang daging sapi rama-ramai mogok jualan gegara harga daging tinggi sehinggi jumlah pembeli anjlok. Merekea pilih berhenti jualan dan mogok, dari pada dagangan rugi.
Kalangan DPR pun menilai, naiknya harga daging sapi karena Indonesia masih tergantung dari impor, utamanya dari Australia.
Oleh karena itu, Anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal Pasluddin menyayangkan kebijakan pemerintah yang masih mengandalkan impor sebagai solusi mengatasi lonjakan harga daging sapi.
Baca juga: DPR Minta Mentan Atasi Kelangkaan Kedelai dan Mahalnya Harga Daging
Hal ini menunjukkan belum ada tanda-tanda keberhasilan dari program pemerintah dalam mengupayakan daging sapi berdaulat di negeri sendiri, ini menunjukkan swasembada ternyata masih jauh.
"Saat ini kita terlalu bergantung impor daging sapi. Terutama dari Australia sebagai pemasok terbesar daging sapi di Tanah Air. Ketika Australia menahan komoditas daging sapi akibat regenerasi populasi, maka negara kita terimbas,” kata Andi dalam keterangan persnya, Senin (25/1/2021).
“Ini menunjukkan bertahun-tahun upaya negara menjadikan daging sapi berdaulat di negeri sendiri, hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda keberhasilannya," tutur Akmal dalam keterangan persnya, Senin (25/1/2021).
Baca juga: Pedagang Bakso Menjerit: Jualan Sepi, Harga Daging Mahal Bikin Pusing
Politisi FraksPKS ini menerangkan, upaya untuk mewujudkan swasembada daging sapi ini sudah dilakukkan sejak 15 tahun silam.
Namun segala upaya dengan dukungan APBN yang ada mewujudkan swasembada daging sapi ini seakan sia-sia.
Padahal, program-program seperti penyelamatan induk sapi (penyelamatan sapi produktif), memperkuat kualitas genetik sapi, program 1000 desa sapi, hingga program Pengembangan Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO) telah dilakukan.
"Indonesia saat ini masih tidak kuasa menghadapi persoalan supply and demand (ketersediaan dan permintaan) daging sapi karena infrastruktur pengembangan sapi kita belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri sendiri. Dari sisi lahan, negara kita masih terbuka luas. Bahkan sinergi Sapi-Sawit masih dapat dioptimalkan lebih dalam lagi," jelasnya.
Akmal menduga, solusi impor tetap akan dilakukan dalam waktu dekat ini, terutama alternatif mencari suplier dari negara lain seperti India, Brazil bahkan dari Meksiko.
Pemerintah saat ini memang mesti mempersiapkan beberapa moment besar yang mempangaruhi perilaku masyarakat Indonesia, salah satunya yakni bulan suci Ramadhan dan Idul Fitri.
Baca juga: Pedagang Bumbu Dapur pun Kena Imbas Mogoknya Pedagang Daging Sapi, Penjualan Merosot
Di mana pada moment ini sangat mempengaruhi perilaku konsumen masyarakat Indonesia, terutama pada permintaaan daging sapi.
"Saya meminta kepada pemerintah, marilah kita mulai untuk serius mempersiapkan infrastruktur mewujudkan swasembda daging sapi ini. Ini adalah kerjaan jangka panjang, tapi mesti ada target. Seharusnya 10 tahun cukup untuk mewujudkan ini bila memang betul-betul serius," tandas Akmal.
Seperti dikabarkan berbagai media, persoalan harga daging sapi menjadi polemik di Tanah Air di awal tahun 2021 ini.
Baca juga: Penuhi Kebutuhan Daging Warga Jakarta, DKI Buka 5 Lokasi Penjualan
Jabotabek sebagai kawasan sentral dinamisasi harga daging sapi sempat terjadi aksi mogok oleh para pedagang daging sapi untuk tidak menjual produknya. (rizal/win)