JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Di saat pandemi Covid-19 belum kunjung bisa dikendalikan, beberapa wilayah di Indonesia justru ditambah pilu akibat dilanda bencana alam. Mulai dari bencana banjir, tanah longsor, gempa bumi, hingga gunung meletus melanda wilayah-wilayah di Indonesia.
Ketika bencana terjadi, maka dapat dipastikan anak-anak dan perempuan merupakan kelompok rentang yang paling terdampak. Maka dapat dipastikan pula pemenuhan hak atas pendidikan dan pembelajaran akan sangat sulit dilaksanakan, mengingat pembelajaran tatap muka (PTM) tidak bisa dilakukan karena sedang pandemi.
Selain itu di wilayah gempa, bisa saja gedung sekolah mengalami kerusakan, ditambah dengan harus pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang tentunya kian banyak kendala.
Mengingat buku-buku pelajaran dan alat tulis pasti ikut tertimbun reruntuhan bangunan atau rusak karena terendam air dan lumpur.
Baca juga: Kemendikbud Turunkan Tim untuk Bantu Korban Gempa di Sulawesi Barat
Menanggapi hal itu, Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mengapresiasi Kemendikbud RI atas kebijakannya menunda pelaksaan Asesmen Nasional (AN) yang semula akan dilaksanakan pada Maret 2021 ditunda menjadi September-Oktober 2021.
"Salah satu alasan utama penundaan adalah meningkatnya jumlah kasus Covid-19 di Indonesia dan terjadinya bencana alam disejumlah daerah pada masa pandemi, " ujar Sekretaris Jenderal FSGI Heru Purnomo yang juga Kepala SMPN 52 Jakarta, Minggu (24/1/2021).
Dari hasil pemantauan jaringan guru FSGI di wilayah Indonesia Timur, tepatnya di Sulawesi Barat, pada lokasi gempa bumi, diantaranya di Kabupaten Majene dan Mamuju.
Menurut Dewan Pakarb FSGI, Retno Listyarti, gempa besar tersebut membuat banyak pengungsi khawatir jika harus mengungsi di gedung-gedung, mereka lebih merasa aman dan tenang ketika mengungsi di tenda-tenda darurat, padahal jumlah tenda sangat minim dan hujan deras kerap turun paca gempa terjadi.
"Pada saat bencana gempa terjadi, padahal pandemic covid-19 belum dapat dikendalikan, maka ancaman kesehatan dan keselamatan menjadi ganda. Menjaga jarak sangat sulit ketika harus berdesakan di tenda darurat, apalagi ketika jumlah anak-anak di lokasi pengungsian banyak,” ungkapnya.
Baca juga: Survei KPAI dan FSGI:78,17% Siswa Setuju Sekolah Tatap Muka Dibuka, 10% Menolak dan 11,83% Ragu-ragu