BAGI pecintanya, memiliki sepeda klasik jenis ontel ibarat mempunyai harta karun. Kendati lawas namun punya harga jual tinggi terutama mereka pemburu barang barang klasik alias kuno.
Demikian halnya dengan Zaenudin Martani alias Bang Zae (60), yang memiiki dua sepeda ontel keluaran tahun 1946. Sepeda itu berhasil didapatkan dari seorang temannya di daerah Klaten, Jawa Tengah.
“Waktu itu saya beli seharga Rp3,2 juta sekitar sebelas tahun lalu. Selama ini tidak ada kendala dalam perawatan kendati spare part memang sudah sulit didapat lantaran tidak produksi lagi. Terbentuknya komunitas ini membantu persoalan itu,” paparnya.
Baca juga: Komunitas Sepeda Ontel Galuh, Usia Boleh Tua Tetapi Semangat Masih Muda
Ada pengalaman menarik Bang Zae dengan sepeda kesayangannya itu. Suatu waktu katanya, ketika dirinya sedang mengayuh sepedanya, ada seseorang yang menghampiri dan mau membayarkan sepeda ontel miliknya seharga Rp5 juta tapi langsung ditolaknya.
“Saya tolak, karena nyarinya susah,” ucap dia sambil tertawa.
Bang Zae meyakini kalau harga sepeda ontel kedepan makin tinggi. “Ibarat harta karun makin tua semakin mahal,” katanya. Fakta itu setidaknya ia memperoleh dari informasi berbagai sumber.
Baca juga: Tukang Sepeda Ontel Ini Ingin Anak Sarjana
Menurutnya, barang antik akan terlihat berharga apabila mengetahui seberapa tuanya barang tersebut. Apabila diubah-ubah, maka harganya akan menurun. Untuk itu keaslian sepeda ontel kuno harus dijaga. Walaupun nampak kusam, jelek, dan tua, malah semakin meroket harganya.
”Keasliannya harus dijaga, kalau tidak dijaga maka barang tersebut bukan barang antik lagi,” ujarnya.
Bang Zae menambahkan, harga sepeda ontel kuno meroket sekitar 7 tahun terakhir. Apalagi sejak bersepeda mulai ngetren selama pandemi Covid-19 ini.