INI salah, itu salah, begini begitu, pakaian bini nggak ada yang utuh. Sekelumit lirik lagu Benyamin S, yang menggambarkan betapa orang selalu menyalahkan orang lain. Kerja begini, nggak diterima, berbuat begitu juga nggak dianggap. Pokoknya serba salah.
Contoh kecil saja, itu pejabat RT/RW yang sudah bekerja keras melayani warga, tapi masih saja kena semprot. Apalagi sewaktu ada kegiatan pembagian sembako,ada warga yang nyinyir. Awas, dikorupsi itu. Jangan sampai orang yang deket, keluarganya saja yang dikasih.
Begitu suara sumbang yang sering terdengar dari provokator. Mungkin ada sih yang begitu tapi sedikitlah. Dan kalau itu ada unsur penggelapannya kan bisa dilaporkan ke yang berwenang? Jadi jangan sampai pada ngedumel di belakang saja.
Baca juga: Jangan Lihat yang Jelek Terus, Dong?
Kayaknya soal pendapat nyinyir bukan saja datang dari orang kecil. Bisa juga mereka yang ada di atas. Tuh lagi ramai, para menteri baru Jokowi diunyeng-unyeng terus. Ada saja yang salah, nggak bener.
Coba saja, itu ada menteri yang rajin blusukan, langsung membantu warga yang kesulitan, eh dikritik habis-habisan. Bahwa itu bukan urusannya, bukan pekerjaannya. Kerjaan menteri ya bikin kebijakan, aturan dari belakang meja. Terus itu jangan lupa telunjuknya nunjuk-nunjuk bawahannya, mengatur. Kau ke sana, kau ke sini! Begitu?
Wahai, pejabat yang mulya dan terhormat, kenapa kalian begitu risih ketika ada sejawat, yang turba ikutan memasak dan membungkus nasi di dapur umum pengungsian. Memangnya akan luntur tuh jabatan menteri kalau turun tangan?
Baca juga: Keteladanan Kian Dibutuhkan
Kalau ada warga yang lagi kesusahan di penampungan, misalnya itu yang sakit nggak mampu mengambil minum air mineral, misalnya, apa ruginya jika sang pejabat membantu? Apa karena dia menteri lalu nggak mau, dan perlu bikin aturan dulu?
Wah, kalau begitu bisa keburu mati itu warga yang lagi sakit. Jadi janganlah, hal yang cengceremen diributin. Nggak mutu tau! (massoes)
.png)
.jpg)
.jpg)
