ADVERTISEMENT

Ada yang Punya Hati Seperti Batu?

Kamis, 21 Januari 2021 09:45 WIB

Share
Ada yang Punya Hati Seperti Batu?

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

INI kisah lama dan tentu saja buat orang-orang yang mengalami pada zamannya. Yakni zaman ‘kuda gigit besi’. Ketika orang-orang patuh dan taat pada adat istiadat, seperti patuh pada orang tua. Jika orang tua bilang ini jangan, itu boleh, maka si anak akan patuh.

”Jangan duduk di depan pintu, nanti kamu sulit dapat jodoh,” kata orang tua. Dan si anak nggak protes, langsung saja minggir dari pintu. Padahal kalau mau dicerna, apa sih hubungannya jodoh dengan pintu?

Banyaklah perumpamaan orang dulu sebagai nasihat bagi anak-anaknya. Kayaknya bukan soal peribahasa tadi, tapi pada zamannya, seorang anak memang sangatlah patuh. Jika orang tua bilang hitam ya hitam, nggak berani bilang itu ‘putih’. 

Baca juga: Jangan Lihat yang Jelek Terus, Dong?

Itu kisah dulu, kini zaman now beda lho. Malah ada anak ngobrol bareng merokok bareng sambil adu argumentasi. Dan bisa protes, ‘Bapak nggak benar, itu salah. Saya yang benar!’ Hal semacam ini tentu saja nggak ada di zaman kuda gigit besi.

Bahwa beda pendapat itu pasti ada, sejak dulu kala, tapi biasanya sih, si anak akan lebih menghormati sang ayah atau ibu, untuk mengalah. Tapi,sekarang ini kayaknya kok yang begitu itu seperti etika, sopan santun sudah luntur ya? Bahkan ada anak kandung pun sudah menganggap orang tua mereka sebagai lawan yang bisa saja diajukan secara hukum ke pengadilan.

Apakah mereka nggak takut jika akan dicap sebagai anak durhaka? Kayaknya nggak peduli, ya? Buktinya dari waktu ke waktu belakangan ini ada saja, anak menyeret ayah atau ibunya ke pengadilan. Padahal kasusnya bisa dimusyawarahkan.

Baca juga: Anak Durhaka, Sadarlah

Pokoknya nggak pikir lagi, bahwa orang tua adalah sebagai perantara mereka ada di dunia ini. Ibu mengadung, melahirkan, merawat dst. Bapak mencari nafkah, untuk biaya hidup keluarga. Semuanya nggak bisa dibayar dengan harta benda seberapa pun nilainya.

Kok nggak mengerti juga tuh anak ya. Katakanlah menang di pengadilan. Sepuas apakah, hasil kemenangannya, dibanding dengan penderitaan orang tuanya? Apakah nggak menyesal jika terjadi sesuatu pada orang tua?

Halaman

ADVERTISEMENT

Reporter: Yulian Saputra
Editor: Yulian Saputra
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT