ADVERTISEMENT

Cari Kepuasan Batin di Luar Ketika Suami Sakit Terkapar

Selasa, 19 Januari 2021 07:30 WIB

Share
Cari Kepuasan Batin di Luar Ketika Suami Sakit Terkapar

JIKA ada momongan, mungkin rumah tangga Muhidi – Tuningsih takkan berantakan seperti ini. Tapi begitulah, 15 tahun tanpa anak menjadikan Tuningsih (37), mencari kepuasan batin di luar. Paling gila, meski di rumah suami terkapar sakit, bisa-bisanya dia pacaran dengan kekasihnya saat di SMA dulu.

            Jodoh, rejeki dan kematian itu merupakan misteri Illahi, orang takkan tahu kapan datangnya. Dalam soal pasangan hidup misalnya, cowok atau cewek yang selalu menemani di kala muda, belum tentu kelak benar-benar jadi istri atau suami. Banyak yang meleset. Saat pacaran pasangannya seorang kapten, tapi begitu menikah malah dengan pedagang kap lampu.

            Tuningsih warga Surabaya saat di SMA 20 tahun lalu, punya pacar namanya Rizal, 23, (waktu itu), mahasiswa Fakultas Ekonomi. Mereka ke mana saja berdua, bagaikan Rama dan Sinta. Kata teman-teman, ini pasangan yang ideal. Pada saatnya nanti siapa tahu Rizal juga jadi ekonom terkenal sebagaimana Rizal Ramli. Ekonominya pasti mapan, karena banyak pula sarjana ekonomi tapi ekonomi sendiri malah morat-marit!\

            Tapi berulangkali terbukti, manusia hanya bisa berencana, sedang yang menentukan garis nasib Sang Khalik. Begitu pula dengan dua sejoli  Tuningsih-Rizal, tahu-tahu putus karena cowoknya kemudian kawin dengan gadis lain. Tuningsih merana ditinggal kawin, ingin rasanya mati bunuh diri dengan gantung diri di pohon ciplukan.

            Tapi duka lara tak lama, karena Tuningsih ketemu cowok lain, Muhidi yang kini jadi suaminya. Orangnya memang tak seganteng Rizal dulu, tapi pekerjaan sudah mapan. Maka ketika Tuningsih langsung mau ditantang kawin, mungkin saja itu cinta pelarian. Tapi nyatanya rumahtangganya cukup bahagia. Begitu menikah sudah  tinggal di rumah sendiri, bukan di rumah BTN yang tiap bulan harus nyicil.

            Sayangnya, rumahtangga sekian lama tak kunjung diberi momongan. Tak jelas siapa yang jadi penyebabnya. Apakah Tuningsih yang mandul, atau Muhidi yang kurang perkasa, kalah rosa-rosa seperti Mbah Marijan. Akibatnya rumahtangga keduanya menjadi hambar dan sepi, tak pernah ada suara tangisan bayi.

            Cobaaan untuk Tuningsih-Muhidi bertubi-tubi. Saat momongan tak kunjung didapat, pendapatan suami berkurang banyak gara-gara  pandemi Corona. Tambah menyakitkan, Muhidi belakangan sakit-sakitan meski bukan Covid-19. Tiap hari terkapar di ranjang, tak bisa bangun jika tak dibantu istri. Pokoknya jadi seperti anak kecil lagi, makan minum harus diladeni.

            Hal ini lama-lama membuat Tuningsih jenuh, karena dia jadi tak bisa bebas bergerak. Sehari-hari harus menunggui suami yang sakit. Nah, ketika Tuningsih dalam kesepian itu tanpa sengaja ketemu Rizal, yang kini menduga. CLBK-lah jadinya. Keduanya suka pergi berdua, sementara suami yang sakit tak diurus lagi. Bahkan Tuningsih membayangkan, inilah saatnya kembali ke pacar lama.

            Awalnya Muhidi tak tahu bahwa istrinya punya PIL kekasih lama. Dia baru sadar ditelantarkan istri ketika ada orang yang memberitahu. Maka ketimbang mati ngenes, keluarga menyarankan cerai saja, toh nggak ada anak ini. Dan Muhidi pun menggugat cerai ke Pengadilan Agama Surabaya, tapi malah Tuningsih kegirangan. “Sukurlah, aku terlepas dari beban,” katanya.

            Nanti bakal dibebani Rizal lho! (JPNN/Gunarso TS)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT