BANJIR bandang, angin ribut, longsor, gempa bumi terjadi silih berganti di wilayah Nusantara. Itulah musibah alam yang beruntun, menerjang di kehidupan belakangan ini. Belum lagi, kasus kecelakaan mobil, dan pesawat yang menelan korban cukup banyak. Covid-19 pun menghitung duka masyarakat. Duka berkepanjangan.
Kayaknya air mata masih terus menerus jatuh. Kemarin baru saja, masyarakat berduka karena berpulangnya orang-orang alim. Mereka yang bisa menenangkan masyarakat luas dengan wejangan agama tapi harus pergi duluan, dipangil oleh Yang Maha Kuasa. Setelah sebelumnya juga masyarakat dibikin terkejut dengan jatuhnya pesawat yang juga menelan korban jiwa,tidak sedikit. Longsor, dan gempa bumi menambah kepedihan.
Masih banyak rentetan musibah yang terjadi belakangan ini. Tapi, bukan berarti kita harus mandek terus meratapi nasib. Apalagi sampai saling menyalahkan. Misalnya kenapa sih pesawat bisa jatuh, kenapa sih bisa banjir bandang dan longsor?
Baca juga: Mereka yang Pantas Ditangisi
Ya, kalau mau dicari kesalahannya ada saja. Kan kata orang, salah itu gampang terlihat, tapi yang benar walau di depan mata tidak terlihat.
Kalau mau dipersoalkan ketika air membeludak tanpa bisa terbendung, ketika hujan tiba. Banyak masalahnya, karena kali tersumbat sampah. Pasti yang membuang ya masyarakat. Ketika hutan gundul, siapa yang menebang pohon sembarangan?
Kok boleh ditebang, kenapa aparat nggak menjaga atau menangkap para pencuri kayu di hutan. Itu juga galian tanah yang sembarangan sampai dalam, yang bisa bikin tanah rentan.
Baca juga: Jangan Lihat yang Jelek Terus, Dong?
Sebaiknya memang nggak usah saling menyalahkan. Yang perlu dilakukan saat ini adalah bagaimana caranya menaggulangi berbagai masalah tersebut. Berharap juga agar semua cepat berlalu. Hidup masyarakat normal kembali.
Mari istighfar, ya Allah ampunilah jika kami berdosa, yang sengaja maupun nggak sengaja kami lakukan. Ampunilah, Ya Allah…! (massoes)