Beberapa waktu lalu, Wakil Ketua LBM Eijkman mengibaratkan pendanaan riset covid seperti aliran air kran yang sudah hampir mampet. Maksudnya dananya sangat terbatas dan mengucur sedikit-sedikit.
"Menurut saya alokasi anggaran riset vaksin Covid itu sangat tidak wajar. Sangat kurang sekali.
Seharusnya dialokasikan dana riset yang cukup signifikan, terutama untuk uji klinis, sehingga vaksin dapat diproduksi lebih awal. Jangan sampai terlambat, diproduksi saat pasar vaksin sudah jenuh," ucap Mulyanto.
Wakil Ketua FPKS DPR RI Bidang Industri dan Pembangunan ini menyebut pasar vaksin domestik sangat besar.
Karena itu tidak boleh dimonopoli oleh satu produk dengan harga yang tak terkendali. Selain itu proses pengadaanya jangan hanya dinikmati oleh produk impor yang menyedot devisa Negara.
Mulyanto merasa Pemerintah perlu mengintervensi dan mendorong riset produksi vaksin Merah Putih.
"Ini penting agar kita tidak sekedar menjadi Negara pengguna dan pembeli, tetapi menjadi Negara pembuat. Penting bagi Indonesia untuk membangun keunggulan daya saing nasional berbasis para innovator handal nasional. Kita bisa kalau kita mau," tandas Mulyanto. (rizal/ruh)