Rawan Mati Mesin di Udara, Banyak Maskapai di Indonesia Gunakan Pesawat Jenis Sama dengan Sriwijaya Air Jatuh

Sabtu 09 Jan 2021, 19:54 WIB
Pesawat Sriwijaya Air. (ist )

Pesawat Sriwijaya Air. (ist )

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Regulator penerbangan Amerika Serikat, Federal Aviation Administration (FAA) pada tahun 2020  telah mengeluarkan peringatan kepada maskapai-maskapai di AS yang mengoperasikan jenis pesawat Boeing 737 Next Generation (NG) dan Classic.

Jenis pesawat tersebut, yakni B737 NG (seri 600, 700, 800, dan 900) dan Classic (seri 300, 400, 500), juga banyak dipakai oleh maskapai di Indonesia.

Termasuk Sriwijaya Air yang jatuh diperairan Kepulauan Seribu pada Sabtu (9/1/2021). 

Selain Sriwijaya Air pesawat jenis tersebut juga banyak dipakai maskapai di Indonesia lainnya. eperti misalnya Garuda Indonesia yang mengoperasikan B737-800, Lion Air dengan B737-800 dan 900. 

 Baca juga: Pihak Sriwijaya Air Masih Terus Lakukan Kontak Hilangnya Pesawat SJ182 Jakarta-Pontianak

Menurut FAA, di dalam mesin pesawat CFM56 yang dipakai oleh Boeing 737 NG dan Classic, yang tidak beroperasi selama tujuh hari berturut-turut atau lebih, ditemukan korosi (karat) di bagian air valve check.

Jika terdapat korosi, maka bagian mesin tersebut harus diganti sebelum pesawat kembali beroperasi. Bila tidak maka mesin pesawat tersebut rawan mati saat di udara.  

Peringatan tersebut ditujukan untuk pesawat yang tidak dioperasikan selama tujuh hari berturut-turut atau lebih.

Menurut FAA, di dalam mesin pesawat CFM56 yang dipakai oleh Boeing 737 NG dan Classic, yang tidak beroperasi selama tujuh hari berturut-turut atau lebih, ditemukan korosi (karat) di bagian air valve check.

Jika terdapat korosi, maka bagian mesin tersebut harus diganti sebelum pesawat kembali beroperasi.

FAA mengatakan bahwa imbauan tersebut diterbitkan setelah setidaknya ada empat laporan mati mesin yang dialami B737.

Baca juga: Sriwijaya Air Jatuh, Ramalan Peramal Mbak You Terbukti

Setelah diinvestigasi, insiden itu terjadi akibat komponen air check valve di dalam mesin selalu ‘nyangkut’ dalam kondisi terbuka akibat korosi.

Air check valve umumnya terbuka saat mesin pesawat bekerja maksimal, seperti saat takeoff. Dan menutup saat berada di ketinggian jelajah (cruising).

Terbang dengan kondisi air valve check yang ‘menyangkut’ tak bisa menutup itu, menurut FAA bisa mengakibatkan dual engine power loss. Atau kedua mesin pesawat mati saat di udara dan tidak bisa di-restart lagi.

Boeing sendiri selaku produsen pesawat Boeing 737 mengatakan, bahwa pihaknya telah memberitahu seluruh maskapai operator B737 di seluruh dunia, untuk menginspeksi pesawat masing-masing, terutama yang disimpan.

“Banyak pesawat yang disimpan atau jarang diterbangkan karena sepinya penumpang akibat Pandemi Covid-19. Valve mesin jadi lebih mudah berkarat,” tulis Boeing.

Hingga saat ini, ada lebih dari 10.000 pesawat jenis Boeing 737 yang dipesan dan dikirim, semenjak pertama kali seri pesawat itu dibuat pada 1968.

Baca juga: Menhub Budi Karya Pastikan Pesawat Sriwijaya Air Jatuh 

Garuda Indonesia sendiri saat ini memiliki total 73 unit B737-800. Sementara Lion Air memiliki total 43 unit B737-800 dan 78 unit B737-900. Sedangkan Sriwijaya Air memiliki enam unit B737-500, 16 unit B737-800, dan 2 unit B737-900.

Seperti diberitakan Pesawat Sriwijaya Air SJY-182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak di Kepulauan Seribu tidak lama lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta. Situs FlightRadar24 menyebut pesawat itu kehilangan ketinggian 10 ribu kaki dalam 1 menit.

Dipantau dari situs FlightRadar24, pesawat Sriwijaya Air sempat mencapai ketinggian 10.900 kaki. Mendadak, ketinggian berubah menjadi 8.950 kaki, turun ke 5.400 kaki, hingga terakhir terpantau di 250 kaki.

Setelah itu, pesawat hilang kontak. Pesawat ini merupakan jenis Boeing 737-500 dengan nomor registrasi PK-CLC. (ruh) 

News Update