RUSIA – Virus Corona membuat berbagai negara kini saling bekerja sama, meski sebelumnya tampak berjauhan.
Seperti dikabarkan, Presiden Vladimir Putin dan Kanselir Angela Merkel membahas kemungkinan Rusia dan Jerman secara bersama-sama memproduksi vaksin virus corona
Menurut pernyataan dari Kremlin, pembicaraan itu dilakukan kedua pemimpian melalui sambungan telepon, pada Selasa (5 Januari).
Baca juga: Oktober, Rusia Resmi Gunakan Vaksin Covid-19 Secara Massal
"Masalah kerja sama dalam memerangi pandemi virus korona dibahas dengan penekanan pada kemungkinan prospek produksi bersama vaksin," kata Kremlin dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir The Straits Time.
Kremlin menambahkan bahwa kesepakatan telah dicapai untuk "melanjutkan kontak tentang masalah tersebut" antara kementerian kesehatan kedua negara dan badan-badan khusus.
Sempat pula dibahas oleh kedua pemimpin, yakni soal penyelesaian konflik antara Kiev dan pasukan separatis pro-Rusia di Ukraina timur, yang sebagian besar terhenti sejak perjanjian damai ditandatangani pada 2015.
Baca juga: DPR: Pemerintah Belum Miliki Strategi Konprehensif dalam Penyediaan Vaksin dan Strategi Vaksinasi
Baik Rusia dan Jerman baru-baru ini memulai program vaksinasi massal di rumah untuk mengekang penyebaran virus korona dan menghindari penerapan kembali penguncian nasional.
Sementara Jerman menggunakan vaksin yang dikembangkan bersama oleh Pfizer dan perusahaan BioNtech yang berbasis di Mainz, Rusia telah mengedarkan jab buatannya secara massal - Sputnik V, nama ini diambil menurut nama satelit era Soviet.
Rusia mengumumkan pendaftaran Sputnik pada bulan Agustus, sebelum dimulainya uji klinis skala besar, meningkatkan adanya kekhawatiran atas prosedur jalur cepat (yang dikerjakan Rusia itu).
Baca juga: Jokowi Menegaskan Pengiriman Pertama 700 Ribu Vaksin Untuk Nakes Sudah Dikirim ke 34 Daerah
Beberapa kritikus menggambarkannya upaya Rusia itu sebagai alat untuk meningkatkan pengaruh geopolitik Rusia.
Rusia memulai kampanye vaksinasi massal pada awal Desember, membuat suntikan pertama kali tersedia bagi kelompok berisiko tinggi termasuk petugas medis, guru, dan orang tua.
Dr Alexander Gintsburg, direktur pusat penelitian Gamaleya yang dikelola negara yang mengembangkan Sputnik, pada hari Selasa mengatakan bahwa lebih dari satu juta orang di Rusia sejauh ini telah menerima suntikan.
Baca juga: DPR Minta BPOM Profesional dan Objektif Menilai Kelayakan Vaksin Covid-19
Moskow juga mengirimkan batch vaksinnya ke Belarus, Serbia dan Argentina dan mengumumkan bahwa 2,6 juta dosis akan dipasok ke Bolivia, tetapi mengakui bahwa mereka kesulitan dengan kapasitas produksi.
Pada bagian lain, pengakuan atas jab Sputnik yang telah dipandang skeptis oleh Barat, pembuat obat Inggris-Swedia AstraZeneca pada bulan Desember mengumumkan program uji klinis yang akan menggunakan kombinasi vaksinnya dan vaksin Rusia.
Keduanya menggunakan vektor adenovirus, meskipun masih belum jelas kapan tes ini akan dilanjutkan. (Win)