SERING melihat atau mengalami sendiri angkot yang ditumpangi saling kejar-kejaran dengan sesamanya. Nggak peduli, bahwa apa yang dilakukan bakal membahayakan para penumpang? Lalu si sopir pun saling berdebat. Apa yang diperdebatkan? Ya, nggak lain, mereka rebutan penumpang. Begitulah debat sopir.
Tapi ada perumpamaan ‘debat kusir’. Sering kita dengar. Mungkin semua paham, ya? Debat kusir ini tentu saja lahir sebelum zaman angkot. Jadi yang ada, ya kusir yang mengemudikan delman sebagai angkutan umum.
Debat kusir adalah satu perdebatan yang nggak ada ujung pangkalnya, dan sampai akhir debat, pun nggak jelas hasilnya. Jadi debat seru ngalor ngidul, antara kusir dan penumpang selama perjalanan. Hingga penumpang sampai ke tujuan, nggak ada hasilnya. Bisa jadi malah semakin ngawur.
Baca juga: Mestinya Lebih Disiplin Pakai Masker
Apakah masih ada orang yang suka debat kusir? Banyak. Bisa kita dengar atau lihat, atau bisa juga terlibat dalam debat tersebut. Dalam arisan warga, di pos ronda, di atas jembatan, atau di mana saja, dan kapan saja, debat kusir bisa terjadi. Nggak tahu poltik, ngomong politik, ngacolah.
Banyak yang debat kusir, lebih nggak jelas lagi ujung pangkalnya. Baca saja di medsos, debat apa saja? Yang berdebat juga nggak sembarangan. Bukan orang biasa, tapi bisa para pejabat, anggota DPR, politikus, dan orang yang memang kerjanya jadi tukang debat. Malah kalau nggak debat, pusing dia!
Nggak puas debat melalui medsos, malah ada yang ngajak debat di depan publik. Ayo siapa berani debat sama gue? Kalau emang lu berilmu, sampai mana pun gue jabanin. Gue hadapin. Kayaknya ente ngga punya ilmu, apalagi cuma lulusan sekolah menengah!” Gue dong, lulusan S-3!”
Baca juga: Mantap Melangkah, Siap Grak!
Ya, sebenarnya sih kalau mau debat kusir nggak usah sekolah tinggi-tinggi, wong debatnya juga cuma rebuatan ‘pepesan kosong’. Nggak jelas! (massoes)
