Pedagang Kedelai Menduga Kenaikan Harga Disebabkan Ada Pembatasan Impor

Senin 04 Jan 2021, 20:10 WIB
: Andreas pedagang kedelai, di kiosnya, di Sunter Jaya, Tanjung Priok, Jakarta Utara. (Yono)

: Andreas pedagang kedelai, di kiosnya, di Sunter Jaya, Tanjung Priok, Jakarta Utara. (Yono)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pedagang kedelai di Sunter Jaya, Tanjung Priok, Jakarta Utara, menduga kenaikan bahan pokok tempe dikarenakan adanya pembatasan impor ke Indonesia.

"Karena ada pembatasan importir, mungkin dari negara asalnya itu mereka membatasi, sehingga di Indonesia itu mengalami pengurangan," kata Andreas (31) pedagang kedelai, saat ditemui ditemui di lapaknya, Senin (4/12/2021).

Andreas menyebutkan meski terjadi kenaikan, harga kacang kedelai masih stabil sejak akhir tahun lalu.

Baca juga: Pengrajin Tahu dan Tempe di Ciledug Tetap Berproduksi karena Telah Memiliki Pelanggan Tetap

"Kenaikan sekarang masih stabil tapi enggak terlalu signifikan, naiknya sekitar 20 persen dari harga sekitar Rp 7.000 sampai Rp 9.000 per kilogram," kata Andreas.

Kenaikan harga kedelai membuat banyak produsen tempe dan tahu sempat mogok produksi selama tiga hari yakni pada 1-3 Januari 2021.

Andreas menyebut selama tiga hari itu penjualan di tokonya sempat menurun meski tak signifikan.

Baca juga: Pengrajin Tahu dan Tempe Gulung Tikar, Pemerintah Diminta Menekan Harga Kedelai

Dalam satu hari, biasanya Andreas menjual 30 ton kacang kedelai kepada produsen tempe di wilayah Sunter, Kemayoran dan sekitarnya.

"Penjualan sempat menurun tapi sekarang udah stabil per hari ini. penjualan di sini sampai 30 ton per hari,  turun nggak terlalu signifikan sih," pungkasnya. (Yono/win)

Berita Terkait

News Update