Pengrajin Tahu dan Tempe Gulung Tikar, Pemerintah Diminta Menekan Harga Kedelai

Minggu 03 Jan 2021, 06:15 WIB
 Pengrajin tahu dan tempe melakukan aksi mogok produksi. (ist)

 Pengrajin tahu dan tempe melakukan aksi mogok produksi. (ist)

JAKARTA - Ketua Umum Sahabat Pengrajin Tempe Pekalongan (SPTP) Indonesia, Haryanto mengaku tak sedikit para pengrajin yang tergabung dalam organisasinya banyak yang gulung tikar akibat dari kenaikan harga kedelai.

Pengrajin tahu dan tempe asal Pekalongan yang kini tinggal di Tangerang, itu berharap kepada pemerintah untuk bisa menekan kembali harga kedelai seperti semula.

"Dengan adanya kenaikan harga kacang kedelai import yang sangat tinggi dari Rp 7000, kini berubah menjadi Rp 9500 per kilonya telah menimbulkan keresahan,” ujar Haryanto dalam acara di Jakarta, Sabtu (02/01/2021).

Baca juga: Tak Asal Gertak Sambal, Pengrajin Tahu dan Tempe Jabodetabek Buktikan Mogok Produksi Protes Mahalnya Harga Kedelai

“Lonjakan harga ini akan memicu para pengrajin gulung tikar. Kami berharap kepada pemerintah bisa menstabilkan kembali harga seperti semula," ucap Haryanto.

Sementara, salah satu pedagang tahu dan tempe, Tarjumi (60), mengaku ngos-ngosan akibat kenaikan harga kedelai tersebut. Akibat dampak mogok produksi tiga hari yang dilakukan para pengrajin membuatnya nganggur.

"Dampak mogok selama tiga hari ini sangat jelas, karena ini saya nganggur dan tidak ada pemasukan apa-apa,” ujar Tarjumi.

Baca juga: Pengrajin Tahu Tempe di Johar Baru Ancam Mogok Massal Produksi

“Kita sebagai pedagang kecil supaya pemerintah mengerti apa yang dirasakan pedagang kecil, kami berharap pemerintah bisa menstabilkan harga kedelai, kalau bisa kembali lagi melalui Bulog," ungkap Tarjumi.

Pantauan wartawan, aksi mogok produksi tersebut ditandai dengan menandatangani sebuah petisi yang dilakukan oleh puluhan perwakilan organisasi gabungan pengusaha dan pengrajin tahu dan tempe Se-Jabodetabek dengan kesepakatan menolak kenaikan harga kacang kedelai. (rizal/win)

Berita Terkait
News Update