JAKARTA, POSKOTA. CO.ID – Angka kematian akibat Covid-19 terus melonjak, per hari Minggu (26/12 /2020) kasus kematian bertambah sebanyak 243 orang, sehingga secara nasional menjadi 21.237 orang meninggal.
Sedangkan penambahan kasus positif Covid-19 juga terjadi penambahan yang signifikan per hari Minggu (26/12 /2020) sebanyak 6.528 orang, sehingga secara nasional menjadi 713.365 orang positif virus corona.
Penambahan kasus positif Covid-19 sebanyak itu menunjukkan masih terjadi penularan di tengah masyarakat. Sebab itu, masyarakat diimbau untuk selalu menerapkan protokol kesehatan, 3M (memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dengan sabun).
Data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 per hari Minggu (26/12 /2020) juga mengumumkan adanya penambahan pasien sembuh dari penyakit yang mematikan tersebut, per hari Minggu (26 /12 /2020) bertambah sebanyak 6.983 orang yang sembuh, sehingga secara nasional menjadi 583.676 orang.
Baca juga: Warga Berencana Liburan Nataru Wajib Ikuti Ketentuan Satgas Covid-19, Begini Aturan Mainnya
Sedangkan Juru Bicara Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan masih tingginya kematian pasien, disebabkan penanganan fasilitas kesehatan yang belum memenuhi standar.
"Akibatnya pasien tidak bisa ditangani dengan cepat dan efektif. Provinsi-provinsi dengan kematian tertinggi segera evaluasi penangan pasien di fasilitas pelayanan kesehatannya," terang Wiku dalam keterangannya tentang perkembangan Covid-19 di Jakarta.
"Lakukan penanganan yang maksimal, untuk meningkatkan peluang kesembuhan. Ingat, satu nyawa yang hilang sangatlah berharga," Wiku menekankan.
Baca juga: Memprihatinkan, Angka Kasus Kematian Tenaga Medis Akibat Covid-19 Capai 363 Jiwa
Wiku mengatakan, ada tiga penyebab tingginya kasus kematian akibat Covid-19 dalam dua hari terakhir. Pertama, karena kasus yang tertangani sudah terlambat.
"Angka kematian yang tinggi dapat terjadi akibat kasus yang tertangani sudah terlambat. Kedua, atau memang memiliki penyakit komorbid yang memperkecil peluang kesembuhan. Ketiga, ada kemungkinan karena pelayanan kesehatan yang kurang maksimal, " Wiku menandaskan. (johara/tha)