ADVERTISEMENT

Airlangga Klaim Ekonomi Indonesia Relatif Baik, No 2 Setelah China

Jumat, 25 Desember 2020 03:15 WIB

Share
Airlangga Klaim Ekonomi Indonesia Relatif Baik, No 2 Setelah China

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA. CO.ID - Perekonomian Indonesia terkontraksi dibandingkan dengan negara-negara G-20 relatif lebih baik, dan nomor dua setelah China. 

"Perekonomian China sudah tumbuh positif, kita masih minus tapi negara lain minus-nya lebih dalam dari Indonesia," terang Menko Bidang Perekonomian Dr. Ir. Airlangga Hartarto, M.B.A., M.M.T.,  Ketua KPCPEN dalam acara talkshow : “Outlook 2021:  Wajah Indonesia Setelah Pandemi”, Kamis (24/12/2020)

Talkshow yang diselenggarakan secara daring dari Graha BNPB Jakarta juga menghadirkan pembicara Letjen TNI Doni Monardo dan host: Suwiryo dari Elshinta. 

Baca juga: Airlangga Hartanto Hadiri HUT ke-63 Kosgoro di Kampus IBI Kosgoro 1957

Airlangga mengklaim perekonomian Indonesia telah melewati yang kita sebut  rock bottom atau titik terparah. "Jadi rock bottom tersebut ada di kuartal II dan  kuartal III/2020, kontraksinya minus 3,49 , dan kita memprediksi di akhir tahun antara minus 2 persen sampai plus 0,6 persen pada kuartal IV di 2020.

"Ini memang tugas berat. Tapi kita melihat tren positif itu terjadi yang menunjukkan  pertumbuhan quartal to quartal 5,05 persen. Jika momentum ini kita bisa jaga maka pertumbuhan di kuartal IV diperkirakan minus 2 persen sampai positif 0,6 persen,” kata Airlangga yang juga ketua umum Partai Golkar. 

Ia menambahkan pada kuartal IV bahwa kita melihat  kondisi dari proksi perekonomian ada di kapital market. "Jadi kalau kita melihat indeks harga saham gabungan sudah mencapai 6.100 pada bulan Desember ini, di mana pada bulan Januari berada pada 5.400," kata Airlangga. 

Baca juga: Airlangga Beberkan Strategi Pemerintah Menjaga Daya Beli Masyarakat di Tengah Pandemi

Selain itu, lanjut dia, rupiah sekarang ini sudah mencapai Rp14.100 per dolar AS. "Neraca perdagangan Indonesia sudah positif di bulan Oktober, artinya ekspor lebih banyak dari impor," terang Airlangga. 

Ia menambahkan persoalan sekarang ini adalah untuk mendapatkan kontainer ekspor karena demand (permintaan) ekspor meningkat tapi jumlah kontainer masih terbatas karena sebelumnya terkena kontraksi. (johara/tri)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT