Keselamatan Wajib Diupayakan

Kamis 24 Des 2020, 07:00 WIB

Oleh Harmoko

SIAPA pun dia ingin hidup bahagia sejahtera. Ingin sehat, selamat sentosa.

Tentu, semuanya tak bisa datang sendiri, tapi harus diupayakan dan diusahakan sampai batas maksimal.

Dalam filosofi Jawa dikenal pepatah "Memayu Hayuning Bawana" yang artinya Manusia hidup di dunia harus mengusahakan, menghupayakan. keselamatan, kebahagiaan, kesejahteraan. 

Dan, kesejahteraan yang diusahakan pun  bukan hanya bagi dirinya sendiri, tapi juga bagi seluruh alam semesta beserta isinya.

Artinya diharapkan terdapat keselarasan dan keharmonisan dengan jagat raya, alam nyata, dalam konteks ini adalah lingkungan kita.

Keselarasan tercipta manakala terdapat keharmonisan. Sementara keharmonisan akan terwujud jika terdapat toleransi, saling mengerti dan memahami, saling menghargai satu sama lain.

Tidak ada pemaksaan kehendak sebagaimana pedomam hidup yang terinci secara jelas dan tegas dalam butir- butir dasar negara kita.

Karenanya sifat mau menang sendiri, serakah dalam memupuk harta benda, kekuasaan dan jabatan sangat bertentangam dengan falsafah hidup berbangsa dan bernegara.

Itu pula pepatah "Memayu Hayuning Bawana" sering ditambahkan kata, "Ambrasta dur Hangkara". Artinya memberantas sifat angkara, serakah, sombong, amarah, iri, dengki. Hendaknya kita menjalani hidup dengan keluhuran budi pekerti.

Mengapa harus diberantas? Jawabnya karena perilaku perbuatan seperti itu menjadi penghambat terwujudnya keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan.

Sebut saja,  sifat angkara tentu mengusik keselamatan. Jika kata angkara kita artikan sebuah kebengisan, kekejaman atau kebiadaban.

Sifat amarah, sombong, iri dan dengki jelas akan menghambat terciptanya kebahagiaan.

Begitu pun sifat serakah juga akan menjadi kendala terwujudnya kesejahteraan.

Seseorang yang memiliki sifat serakah akan selalu ingin memiliki lebih dari yang telah dimiliki. Serakah atau tamak identik dengan rakus. Meski sudah kaya, masih ingin terus menumpuk harta dengan beragam cara. Melalui kekuasaannya, jabatannya, kedudukannya atau pun pengaruhnya.

Jika sudah memiliki kedudukan terhormat, masih ingin yang lebih terhormat lagi. Kalau pun sudah punya kekuasaan dan jabatan, ingin kekuasaan yang lebih luas lagi, jabatan yang lebih tinggi, dan lain-lain lagi.

Perilaku seperti ini hendaknya disingkirkan karena jauh dari ajaran luhur, bertentangan dengan nilai - nilai dan pedoman hidup yang telah ada sejak dulu kala.

Sifat - sifat tersebut tak hanya menjadi penghambat keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan orang lain, juga bagi dirinya sendiri. Karena  akan tersiksa diri jika apa yang dikehendaki tidak segera dimiliki. Apa yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan.

Jika sudah demikian adakah keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan?. Jawabnya tidak ada! Dan kalau pun ada hanyalah semu sifatnya.

Lantas siapa yang mampu memberantas sifat angkara, iri, dengki, amarah dan serakah? Jawabnya tentu diri kita sendiri.

Mari kita mulai. Kalau tidak sekarang kapan lagi.

(*).

Berita Terkait

Pandai Membaca Keadaan

Kamis 14 Jan 2021, 07:00 WIB
undefined

Mana Lebih Dulu? Hak atau Kewajiban

Kamis 21 Jan 2021, 07:00 WIB
undefined
News Update