ADVERTISEMENT

Uang Belanja dari Suami Dialirkan untuk PIL-nya

Minggu, 20 Desember 2020 07:30 WIB

Share
Uang Belanja dari Suami Dialirkan untuk PIL-nya

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

SUAMI kaya, ekonomi mapan, bukan jaminan keutuhan rumahtangga. Contohnya Yulianti (36), dari Surabaya. Uang belanja dari suaminya yang pengusaha, malah dialirkan untuk Jamaludin, 40, PIL-nya yang ganteng dan bisa dipanteng dalam urusan ranjang. Tentu saja Satriyo, 48, marah besar dan Yulianti pun diceraikan.

            Cinta tak dinikmati dengan perut kosong, tapi perut penuh pun belum tentu memperoleh cinta. Itu karena permasalahan setiap orang tidaklah sama. Yang benggolnya tebal, tapi bonggolnya lembek, istri juga kabur. Sebaliknya yang bonggolnya perkasa, tapi benggolnya rog-rog asem (jarang-jarang), istri kabur juga. Soalnya orang hidup kan tak hanya ngurusi bonggol suami melulu. Capek dan gempor deh!

            Yulianti warga kota Surabaya, adalah salah satu wanita yang menjadi korban ketidakseimbangan antara pasokan benggol dan bonggol dalam rumahtangga. Sebagai pengusaha, Satriyo mampu memberikan uang belanja puluhan juta sebulan. Tapi sebagai lelaki, dalam urusan ranjang dia sudah kedodoran meski usia belum kepala lima. Dia sendiri sering membatin, “Kenapa saya kok nggak rosa-rosa macam Mbah Marijan, ya?”

            Saat Yulianti menikah melawan Satriyo 16 tahun lalu, usianya baru 20 tahun sementara suami sudah 32 tahun. Beda usia 12 tahun. Sebetulnya Yulianti kurang sreg, tapi  keluarganya mayoritas mendorong untuk menerimanya. Alasannya, tua sedikit nggak papa, tapi Satriyo kan pengusaha muda nan sukses. “Nanti kamu jadi istri Satriyo cukup mamah karo mlumah di rumah.” Kata orang tua.

            Ibarat di DPRD, fraksi diri sendiri Yulianti terlalu kecil, sehingga kalah sama fraksi mayoritas yang terdiri dari orang tua, adik dan kakak, pakde dan paklik. Maka jadilah dia menerima Satriyo jadi suaminya. Biar tampang biasa saja, tapi kan rejekinya luar biasa, dia mampu memanjakan istri punya selera.

            Dan memang betul, begitu jadi istri Satriyo, Yulianti bak putri masuk istana. Dia langsung masuk rumah baru di kawasan real estate. Dan intip garasinya –begitu istilah media online– ada sejumlah mobil yang usianya baru setahun dua tahun. Uang belanja juga menajubkan, langsung berjut-jut yang 16 tahun lalu masih terasa besar sekali. Sampai-sampai Yulianti bingung, “Mau beli apa lagi ya, bingung nih gue.”

            Tanpa terasa perjalanan rumahtangga sudah berlangsung lebih dari 3 pelita. Anak-anaknya ada yang sudah ABG. Tapi justru semakin gede anak-anak, Yulianti tak merasa bahagia dalam rumahtangga. Masalahnya, suami terlalu sibuk dalam bisnis sampai istri jadi terlupakan di malam hari. Kalaupun masih sempat menunaikan kuwajiban suami, durasi Satriyo benar-benar mirip iklan di Youtube; sebentar sekali, baru nongol langsung selesai karena diskip.

            Karenanya beberapa bulan belakangan hidup Yulianti merasa kesepian di tempat ramai. Lalu munculah lelaki lumayan ganteng, namanya Jamaludin. Orangnya memang tinggi macam onta (jamal=onta, bahasa Arab), tapi kurus macam tiang telpon. Ada plus minus dalam soal tongkrongan, tapi dalam urusan “tangkringan” woiiiii….., Jamaludin ini luar biasa. Jan megah-megahke, kata orang Surabaya.

            Lho kok tahu? Tahu sajalah, sebab Jamaludin ini suka proses serba cepat. Begitu kenal dengan Yulianti, langsung diajaklah berkoalisi. Setelah semuaya oke barulah eksekusi. Begitu terpana oleh permainan Jamaludin, Yulianti jadi lupa akan keluarganya. Mentang-mentang anak sudah berangkat gede, dia sering pergi sampai nginep dengan alasan ririungan sama teman sekolahnya dulu. Padahal aslinya, dia kelonan bersama Jamaludin.

            Paling kacau, sebagian besar uang belanja bulanan dari suami dialirkan Yulianti ke Jamaludin yang telah mampu memuaskan dirinya secara batiniah. Barter antara benggol dengan bonggol. Betapa murkannya Satriyo begitu tahu skandal istrinya. Dirinya kerja banting tulang, istrinya malah banting-bantingan dengan lelaki lain. Maka meski kemudian Yulianti ampun-ampun minta maaf, Satriyo tak peduli lagi. Skandal ini diselesaikan lewat Pengadilan Agama Surabaya, alias bercerai.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT