ADVERTISEMENT

Mengenal GEPPUK, ‘Pasukan Pendongeng di Lokasi Bencana’

Minggu, 20 Desember 2020 17:34 WIB

Share
Mengenal GEPPUK, ‘Pasukan Pendongeng di Lokasi Bencana’

SEMUA orang pastinya tidak menginginkan adanya musibah atau bencana alam, begitupun dengan para pendongeng yang tergabung dalam Geppuk (Gerakan Para Pendongeng Untuk Kemanusian).

Namun, ketika bencana telah terjadi keberadaan mereka di lokasi pun menjadi penghibur duka bagi anak-anak korban bencana. Sehingga, aksi kemanusian dan sosial tersebut pun kini menjadi bagian rutin para anggota Geppuk untuk dapat menghibur.

“Awalnya Geppuk sendiri merupakan kumpulan para pendongeng-pendongeng yang sering ketemu di lokasi bencana. Artinya mereka yang memang para pendongeng-pendongeng profesional bukan relawan,” ucap Kak Tony salah satu pengurus Geppuk, kepada Poskota.co.id.

Baca juga: Panglima TNI Kirim 100 Pendongeng Nasional ke Sinabung

Menurut pria yang memiliki nama lengkap Mohammad Sultoni Allkautsar tersebut, Geppuk sendiri terbentuk sekitar tahun 2010. Dan aksi pertamanya itu, pada saat penggalangan susu untuk warga Somalia pada tahun 2011.

“Akhirnya sampai sekarang dan Geppuk konsen pada dua hal, yaitu bencana alam dan sosial. Dimana untuk bencana alam seperti kita datang ke lokasi bencana menghibur anak-anak, melakukan pendampingan bikin perpustakaan,” paparnya.

Anggota GEPPUK sedang membacakan dongeng untuk anak-anak korban bencana. (ist)

Sedangkan pada bencana sosialnya, sambung Kak Tony, Geppuk konsen pada kekerasan pada anak-anak mengedukasi bagaimana cara menjaga diri saat bertemu orang yang baru dikenal. Mengajarkan juga bahwa ada bagian tubuh tertentu tidak boleh disentuh.

Untuk anggota Geppuk sendiri yang aktif saat ini ada sekitar 50 pendongeng berasal dari berbagai daerah se-Indonesia, terutama di Jabodetabek. Beberapa inisiator Geppuk sendiri, adalah Kak Iman Surahman, Kak Dwi Kanvas, Kak Ryan Sahrezade dan Kak Resha Rastrapatiji.

Hidup ala Tentara

Dikatakannya, banyak pengalaman berkesan dan suka pada saat mendongeng di lokasi bencana bagi para anggota Geppuk. Terlebih, pengalaman pada saat ikut bersama TNI menyusuri daerah perbatasan antar Indonesia dengan Malaysia di daerah Kalimantan.

“Selama sebulan di sana kita hidup sama seperti yang dilakukan TNI, makan dan mandi ala tentara,” jelasnya. Kak Tony yang merupakan lulusan pesantren Asshiddiqiyah pun, mengaku tidak jijik karena telah terbiasa pada waktu di pondok hidup ala militer.

Aktivitas lain GEPPUK di lokasi bencana. (ist)

Pengalaman seru lainnya yang dialaminya bersama anggota Geppuk lainnya, dimana pada saat pesawat hercules yang ditumpanginya mengalami kerusakan pada baling-baling. “Itu kita perasaannya sudah nggak karuan, dan alhamdulillah selamat nggak sampai kenapa-kenapa,” ungkapnya.

Baca juga: Hari Anak Nasional, Puskesmas Kecamatan Cilincing Gelar Lomba Kreasi Dongeng Digital

Meskin demikan, berbagai pengalaman tersebut tidak mengecilkan atau mengurungkan niat anggota Geppuk untuk terus menghibur dan mengedukasi para anak-anak korban bencana alam dan sosial. “Rasa deg-degannya itu pada waktu itu saja, lepas dari itu biasa lagi. Malah pada saat ada kejadian bencana kembali, kita saling berebut biar bisa ikutan lagi ke lokasi,” paparnya.(deny/yh)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT