Terkait kebebasan pers di AS, Dr. Arifi menjelaskan pemerintah membebaskan terhadap para jurnalis untuk mencari berita dan memberitakannya dengan sebebas-bebasnya, namun yang terpenting bisa dipertanggungjawabkan.
"Disini tidak ada Dewan Pers, tidak seperti di Indonesia, jadi sengketa pers itu dilakukan langsung di muka meja hijau, jika ada pemberitaan yang dirasa merugikan masyarakat atau pihak mana saja, boleh secara personal maupun lembaga mengajukan gugatan ke pengadilan," papar Dr. Arifi.
Dr. Arifi Saiman, MA, Konsul Jenderal RI di New York. (ist)
Dr. Arfii juga menjelaskan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden AS, berbeda sistem dengan yang ada di Indonesia, baik dari persyaratan presiden dan wakil presiden maupun persyaratan partainya karena AS menganut paham politik liberalisme.
"Syarat-syarat calon presiden berdasarkan konstitusi Amerika Serikat itu diantaranya berumur minimal 35 tahun, menetap di AS selama 14 tahun dan lahir di AS. Khusus untuk calon wakil presiden ditambahkan dengan tidak boleh berasal dari negara bagian yang sama dengan calon presiden," tegasnya.
Baca juga: Trump Akui Biden Menang, Tapi Tetap Tuding Pilpres Curang
Sementara itu, sebagai host atau tuan rumah diskusi, Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Unsoed, Dr. S. Bekti Istiyanto, M.Si mengatakan Pilpres AS memang sudah lama diselenggarakan, tetapi banyak pembelajaran yang bisa diambil terutama posisi dan peran penting media di masa kekinian.
"Media di Amerika tetaplah masih menjadi kiblat atau arus utama media dan sumber informasi dunia. Jadi masih sangat relevan dengan situasi dan kondisi saat ini yang ada di Indonesia, terlebih Indonesia baru saja melangsungkan pesta demokrasi yakni Pilkada," jelasnya.
Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Unsoed, Dr. S. Bekti Istiyanto, M.Si. (ist)
Dr. Bekti menambahkan kampus sebagai lembaga atau institusi tertinggi dalam proses belajar mengajar itu diakuinya lebih banyak membicarakan sisi teori dan konsep, sehingga masih membutuhkan dukungan realitas di lapangan untuk menunjukkan kesesuaian antara yang dipelajari dengan apa yang terjadi.
"Karena itu kajian untuk menambah kekayaan informasi dengan tema yang relevan menjadi sangat penting tidak hanya buat dosen dan mahasiswa tetapi juga praktisi komunikasi lainnya," terangnya.
Selektif Memiliah Informasi
Situasi politik di Indonesia saat ini terbilang masih belum kondusif, baik soal Pilkada, kekisruhan soal ormas maupun pandemi Covid-19 yang hingga kini belum berakhir, sehingga diharapkan masyarakat Indonesia selektif dalam memilah informasi baik di media massa maupun di media sosial.
"Media tetap harus memberikan informasi yang berimbang dan adil, tidak memihak termasuk kepada penguasa atau kepentingan. Dengan informasi bagus yang adil ini akan mencerdaskan masyarakat dan bisa memahami permasalahan dengan benar," harapnya.