JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Sikap anggota DPRD DKI Walk Out (WO) atau keluar meninggalkan ruang rapat, saat Fraksi Persatuan Solidaritas Indonesia (PSI) menyampaikan pandangan dalam sidang paripurna dinilai sesuatu yang ironis.
Lantaran, WO pada umumnya dilakukan anggota DPRD yang memiliki perbedaan sikap dengan mayoritas anggota.
"Walkout pada umumnya dilakukan oleh kelompok minoritas di parlemen yang mempunyai sikap berbeda atas sebuah kebijakan," ucap peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi), Lucius Karus, Selasa (15/12/2020).
Namun apa yang terjadi di DPRD DKI Jakarta justru sebaliknya. Walkout dilakukan oleh kekuatan mayoritas di parlemen (DPRD DKI) untuk melawan kekuatan minoritas yang direpresentasikan oleh PSI.
"Inilah yang nampak ironis. Bagaimana bisa kelompok yang dominan justru meninggalkan ruangan sidang hanya karena PSI yang lemah secara jumlah suara sedang membacakan pandangan mereka?," ungkapnya.
Baca juga: Ini Alasan Fraksi PDIP Tidak Ikutan Walk Out Saat Paripurna DPRD DKI
Menurutnya, suara PSI tentu saja tak akan sebanding dengan kekuatan fraksi-fraksi yang walkout itu. Apapun sikap PSI atas RKT yang menjadi pemicu perbedaan sikap mereka, tak akan berpengaruh pada keputusan akhir jika fraksi-fraksi itu bulat.
Lucius menambahkan, Aksi WO fraksi-fraksi mayoritas tersebut justru terlihat memalukan. Dan secara tidak langsung mengakui kekuatan PSI yang walaupun secara jumlah terlihat sedikit tetapi punya kekuatan dan keberanian luar biasa.
"Lebih jauh lagi aksi walkout tersebut membongkar ketakberesan RKT yang memicu protes publik atas jasa PSI yang menjadi juru warta dari dalam DPRD DKI," tegasnya.
Sebelumnya, DPRD DKI Jakarta melakukan aksi WO saat Fraksi PSI melakukan pandangan umum saat sidang paripurna , Senin (14/12/2020).
Aksi ini diawali oleh pernyataan kekecewaan yang disampaikan anggota Fraksi Golkar DPRD DKI Jakarta Jamaludin. Ia mempertanyakan apakah pandangan umum fraksi yang akan disampaikan merupakan pernyataan dari DPW PSI Jakarta atau Fraksi PSI DPRD DKI Jakarta.