Oleh Harmoko
KITA sering mendengar kata tanggap, tangguh, dan tanggon.
Ketiga kata ini memiliki arti yang berbeda, tetapi kadang dirangkai menjadi satu kalimat agar lebih bermakna.
Lazimnya digunakan untuk mencitrakan manusia mumpuni dalam menghadapi beragam tantangan hidup.
Dalam cerita pewayangan, seorang ksatria tak hanya dituntut soal ketangguhan, juga harus bersikap tanggap dan tanggon.
Tangguh bermakna sukar dikalahkan, kuat, handal, dan tahan atas segala serangan.
Tanggap berarti cepat merespon dan memperhatikan sungguh-sungguh pada suatu keadaan. Cepat mengetahui gejala yang timbul serta segera mengambil tindakan tepat.
Orang yang tanggap artinya mampu mendengar, mengerti apa yang didengar dan melaksanakan apa yang seharusnya dilakukan dengan benar.
Paham atas isyarat raja. Meski tidak dikatakan terus terang, tetapi mengerti dan memahami apa yang menjadi kehendak pemimpinnya. Itulah yang disebut " tanggap ing sasmita".
Sedangkan "tanggon" artinya dapat diandalkan.
Seseorang bisa saja tangguh, tetapi kalau tidak dapat diandalkan menjadi percuma.
Begitu pun seseorang tangguh dan tanggon, tetapi jika tidak tanggap, maka pelaksanaan tugas menjadi terlambat. Boleh jadi salah persepsi karena kurang bisa menangkap isyarat, sinyal atau tanda - tanda.
Itulah yang menjadi alasan seorang ksatria harus tanggap, tangguh dan tanggon.
Bahkan dalam cerita pewayangan ditambahkan dengan kata " tatag", "teteg" dan "tutug".
Tatag berarti tidak was - was, tidak sumelang sekalipun peralatan dan sarana terbatas, siap melaksanakan tugas di mana saja dan kapan saja.
Teteg artinya tidak tergoyahkan oleh keadaan dan hambatan.
Tutug adalah selesai dan tuntas. Ibarat sebuah perjalanan sampai tujuan, kemudian kembali dengan selamat membawa hasil sebagaimana diharapkan.
Dalam era pandemi sekarang, dengan beragam persoalan yang menyertainya.Tak hanya penyebaran virus corona yang kian masif, juga beban ekonomi yang makin membelit.
Belum lagi masalah keamanan, hukum dan politik. Kadang masalah sederhana menjadi rumit akibat multitafsir dalam menyikapi keadaan.
Dalam kondisi demikian, dibutuhkan ketangguhan. Ketahahanan fisik menghadapi segala macam ujian dan cobaan.
Bersikap tanggap, cepat merespons situasi yang terjadi, misalnya dalam upaya mencegah Covid- 19. Mampu bergerak cepat mengambil langkah tepat agar tidak semakin terpuruk.
Dituntut pula bersikap tanggon. Handal dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, baik untuk diri sendiri dan lingkungan sekitar.
Berkarakter tangguh, bersikap tanggap dan berkepribadian tanggon menjadi tuntutan era kini bagi setiap anak negeri. Ini juga bagian dari bela negara sebagaimana kewajiban setiap warga negara, ketika negara menghadapi problema.
Bukankah di masa pandemi sekarang ini, kita sedang berjuang melindungi diri untuk melawam virus corona berikut dampak yang menyertainya.
Mari kita berusaha menjadi ksatria bagi lingkungan sekitarnya, setidaknya bagi diri sendiri. (*).