ANEH juga Suhanda (37), dari Majalengka ini. Disebut seniman tapi kok nggak pernah pameran. Ternyata, itu hanya sebutan belaka, ketika dia menyelingkuhi Cahyati (30), bini tetangga. Akibat kelakuannya, Suhanda dikeroyok suami Cahyati yang dibantu dua temannya. Dia babak belur, rumah juga dirusak. Impas dah!
Yang namanya seniman, apa lagi seniman lukis, harus banyak menggelar pameran agar lukisannya laku. Dia harus bisa merayu publik bahwa lukisannya layak dikoleksi orang berduit. Soalnya orang berduit itu kadang aneh, lukisan cekeremes (jelek) dibeli juga karena pelukisnya punya nama besar. Sebaliknya, biar lukisannya bagus tapi jika tak punya nama besar juga nggak dibeli orang.
Suhanda warga Panyingkiran Majalengka, belakangan disebut warga sebagai seniman. Tapi seumur-umur dia tak pernah menghasilkan karya seni. Dia tak pernah pameran, tapi justru merayu bini tetangga untuk memamerkan bentuk tubuhnya bagian dalam. Dan anehnya, Cahyati mau saja, padahal itu semua mestinya merupakan domain suaminya, Dadang, 33.
Dadang menjadi marah luar biasa ketika menemukan bukti-bukti perselingkuhan Cahyati dengan tetangga sendiri, Suhanda. Bagaimana tidak marah, lelaki yang selama ini disebutnya sebagai tetangga yang baik, ternyata kena penyakit senang istri teman (seniman) atau subita (suka bini tetangga). Dua sudah menemukan jejak digital perselingkuhan itu, dan Cahyati juga mengaku terus terang tanpa perlu ditahan berjam-jam lamanya.
Sebetulnya Dadang ingin langsung menghajar perusak rumahtangganya tersebut. Tapi secara pisik, dia kalah jauh. Suhanda badannya keker, berotot. Sedangkan Dadang sendiri berbadan kurus, pantat ngelot. Satu lawan satu pasti kalah, dipiting dan kemudian dibanting, niscaya tak sempat merasakan Tahun Baru 2021. Mati bukan karena Covid, tapi dibanting orang, alangkah malunya.
Namun demikian Dadang tetap ingin memberi pelajaran pada Suhanda yang pecicilan itu. Dia kemudian menghubungi dua sahabatnya, Kartiwa, 34, dan Jajang, 37. Maksudnya, untuk ikutan mengeroyok Suhanda sampai babak belur. Ini hanya solidaritas sesama teman, bukan karena ada nasi bungkus alias panasbung.
Awalnya Kartiwa tak paham juga akan maksud narasi “memberi pelajaran” dari Dadang. Dikiranya disuruh mengajar di depan kelas, padahal keduanya bukan lulusan SPG atau IKIP. Ternyata hanya disuruh nggebuki orang, karena Dadang tak rela Suhanda mengganggu istrinya. “Tapi dihajar saja jangan kebablasan. Kalau sampai mati, repot kita,” kata Dadang memberi pengarahan sebelum eksekusi.
Akhinya Jajang dan Kartiwa siap demi solidaritas perkawanan. Beberapa malam lalu rumah Suhanda didatangi, digedor-gedor. Ketika tuan rumah muncul langsung diseret keluar san dikeroyok trio Dadang-Jajang dan Kartiwa. Hanya dalam tempo beberapa menit Suhanda sudah KO. Ketiganya langsung pergi dengan penuh rasa puas. “Tuh bonus orang suka ganggu bini orang,” kata Dadang sambil nggajul pantat Suhanda yang terkapar.
Dua puluh menit kemudian Suhanda tersadar, para pengeroyoknya sudah pergi. Oleh keluarganya dilarika ke RS dan dilaporkan ke polisi. Hanya dalam hitungan jam ketiganya sudah ditangkap pihak Polres Majalengka. Dalam pemeriksaan Dadang mengakui sakit hati karena istrinya diselingkuhi. “Tapi walaupun emosi, saya hanya sekedar memberi pelajaran bukan mau mencelakakan.” Kata Dadang membela diri.
Namanya kemarahan yang terukur, gitu? (Tribun.Com/Gunarso TS)