Baca juga: Mahfud MD: Pandemi Tak Kurangi Ancaman Radikalisme dan Terorisme
“Kepada sesama muslim yang tidak sehaluan itu juga menjadi target kebencian dan juga agama lain, nah ini kan tidak mencerminkan akhlak yang sesungguhnya,” terangnya.
Selain konten yang perlu diubah, lanjut Imdad, tentunya penceramah atau narasumbernya juga perlu ada penyegaran dengan tokoh atau ulama yang menyampaikan pesan sejuk, kedamaian dan keteduhan Islam sebagai agama rahmatalil alamin.
“Konten ini tidak akan berubah kalau yang memberikan orang-orang yang sama karena penceramah yang dihadirkan dan menjadi narasumber, menjadi guru ngaji, penceramah khotib itu memiliki ideologi tertentu yang tidak akan mungkin bisa berubah dalam waktu cepat,” jelasnya.
Baca juga: TNI-Polri Turunkan Tim Khusus Buru Teroris MIT Pembantai Satu Keluarga di Sigi
Sebelumnya, Kementerian BUMN berencana dalam waktu dekat, para kyai dan ustadz dari NU akan menjadi khotib dan imam ibadah salat Jum’at di 22 masjid yang ada di lingkungan perusahaan BUMN di Jakarta dan Tangerang.
Tercatat ada tujuh masjid di Jakarta Pusat, sembilan di Jakarta Timur, empat di Jakarta Selatan, serta masing-masing satu masjid di Jakarta Utara dan Tangerang yang menjadi inisiator kerja sama syiar Islam tersebut. Semua masjid tersebut berada dalam lingkungan 17 perusahaan BUMN.
“Saya berharap program ini bisa membentuk seluruh karyawan BUMN memiliki aqidah yang benar berdasarkan ilmu, menjadikan Al-Qur’anul dan As-Sunnah sebagai pedoman dalam memahami tauhid yang sesuai pemahaman Salafush Shalih, sekaligus membentengi dari pemikiran-pemikiran yang menyimpang dalam Islam,” kata Erick. (*/win)