JAKARTA – Mantan Ketua Umum MUI Prof Din Syamsudin menepis, bahwa dirinya disingkirkan dari kepengurusan MUI periode 2020-2025.
"Saya tidak masuk dalam kepengurusan baru MUI adalah karena saya tidak bersedia. Seandainya Tim Formatur memasukkan maka saya tidak bersedia," terang Din di Jakarta, Sabtu (28/11).
Din yang juga aktivis Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) menegaskan alasan dirinya tidak mau menjadi pengurus MUI, karena merasa sudah terlalu lama terlibat di MUI (25 tahun) yaitu sejak 1995 sebagai Sekretaris, 2000 sebagai Sekretaris Umum, 2005-2010 sebagai Wakil Ketua Umum, 2010-2014 sebagai Wakil Ketua Umum, 2014-2015 sebagai Ketua Umum (waktu itu KH. Ma'ruf Amin sebagai Wakil Ketua Umum), kemudian 2015-2020 sebagai Ketua Dewan Pertimbangan.
Baca juga: KH Miftachul Akhyar Nahkoda Baru MUI, Begini Pesan Menag Fahcrul Razi
Dalam kaitan ini saya meminta maaf kepada segenap anggota Wantim MUI yg mendukung agar saya tetap memimpin Wantim MUI.
"Saya memutuskan untuk tidak menghadiri Munas MUI dan mewakilkan kepada Wakil Ketua Wantim MUI Prof. Dr. KH. Didin Hafiduddin untuk memberi sambutan dan menjadi formatur. Sebenarnya ada alasan, yaitu saya mendengar dan mengetahui ada pihak yang ingin menjadi Ketua Wantim MUI, dan Pengurus MUI, " papar Din.
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini dirinya tetap berhusnuzhon (berprasangka baik) orang itu ingin berkhidmat di MUI, maka sebaiknya diberi kesempatan. Biarlah umat yang menilai dan Allah SWT yang mengganjari.
Baca juga: Din Syamsudin Tergusur dari MUI, Posisinya Digantikan KH Ma’ruf Amin
"Bagi seorang pejuang, khususnya Pejuang Islam, perjuangan dan pengabdian untuk umat dan bangsa tidaklah terbatas dapat dilakukan hanya dalam satu lingkaran organisasi seperti MUI, tapi bisa dilakukan pada berbagai lingkaran keaktifan. Jadi tidak masuk dalam kepengurusan suatu organisasi jangan dianggap sebagai masalah besar, begitu pula masuk dalam kepengurusan bukanlah hal istimewa, " Din menjelaskan. (johara/tri)