Berkas Kasus Impor Tekstil Tuntas, Kejaksaan Agung Mendapat Apresiasi

Kamis 26 Nov 2020, 05:36 WIB
Jaksa Agung  ST Burhanuddin.

Jaksa Agung ST Burhanuddin.

JAKARTA -  Langkah Kejaksaan Agung yang tegas menangani dugaan kasus korupsi impor tekstil mendapat apresiasi dari kalangan asosiasi tekstil. Kejaksaan Agung dinilai telah menunjukkan keseriusan kinerjakarena menuntaskan berkas kasus impor tekstil yang dianggap telah merugikan perekonomian nasional tersebut.

Sebelumnya, Kejaksaan Agung melimpahkan berkas Lima orang tersangka kasus dugaan korupsi importasi tekstil pada Kantor Pelayanan Utama (KPU) Bea dan Cukai Tipe B Batam ke Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta untuk segera menjalani persidangan. 

Kasus korupsi importasi tekstil ini menjadi salah satu kasus besar yang menjadi atensi dari Jaksa Agung ST. Burhanuddin yang memiliki potensi kerugian negara sebesar Rp, 1,6 T. Selain itu, kasus impor tekstil ini juga merupakan kasus pertama yang penyidikannya diarahkan ke kerugian perekonomian negara. 

Sekretaris Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Rizal Tanzil Rakhman memberikan dukungan dan apresiasinya terhadap keseriusan kinerja Kejaksaan Agung yang telah menuntaskan berkas kasus impor tekstil yang dianggap telah merugikan perekonomian nasional tersebut.

“Kita mengapresiasi dan itu kita dari awal ketika ini ditetapkan merugikan perekominan nasional itu kita sangat mengapresiasi langkah tersebut,” kata Rizal, rabu (25/11).

Menurut Rizal, para tersangka itu tidak hanya merugikan negara tapi juga merugikan perekonomian secara luas, sebab telah mengganggu supply chain atau rantai pasok produsen tekstil dalam negeri yang menyangkut hajat hidup orang banyak.

“Karena memang ini bukan hanya merugikan ekonomi tapi perekonomian karena alur ekonomi atau supply chain ekonomi yang terdampak akibat ini tuh panjang dan itu melibatkan hajat hidup orang banyak,” ungkapnya.

Lanjut Rizal, dengan impor yang resmi saja, pasar tekstil domestik sudah mengalami tekanan, apalagi ditambah masuknya barang impor ilegal, Rizal meminta para pengusaha berbisnis dengan cara-cara yang legal.

“Lebih elok kalau kita berbisnis dengan cara-cara yang legal, toh kita juga tidak melarang impor, kalau impornya sesuai gitu kan, yang penting kita sih bicara kepentingan nasional.” Tuturnya.

Merujuk data bulan Januari-September 2020, kata Rizal pendapatan devisi negara menurun dibandingkan periode sebelumnya, disebabkan kinerja impor lebih besar dari pada ekspor.

“Artinya, pasar domestik kita masih terncam dengan impor, ini impor yang resmi, impor yang secara aturan diperbolehkan, ini saja kita perlu waspada,” kata Rizal.

News Update