ADVERTISEMENT

Ibunya Suka Dibawa Lelaki Dibongkar Murid SD Klas II

Senin, 23 November 2020 07:30 WIB

Share
Ibunya Suka Dibawa Lelaki Dibongkar Murid SD Klas II

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ANAK generasi milenial memang pintar-pintar. Seperti Ayesha Almalika, 8, ini contohnya. Ketika sang ayah, Arifin, 35, bertanya ibumu ke mana? Jawab sibocah, “Pergi sama Oom naik mobil…” Tentu saja sang ayah terkaget-kaget, karena di kala Arifin kerja di kantor, istrinya, Syakila, 30, malah “dikerjain” lelaki lain.

            Tak usah diatur-atur UU Ketahanan Keluarga pun, semua lelaki tahu bahwa kwajiban suami adalah mencari nafkah buat keluarga. Tetapi rejeki atau nafkah keluarga itu sudah ditentukan oleh Allah SWT, ada yang jumlahnya besar, ada pula yang jumlahnya kecil. Yang jumlahnya kecil banyak yang mengeluh, kenapa Allah hanya mencatu segini? Padahal Allah punya kehendak lain, kalau orang model begini dikasih rejeki banyak, bisa bikin kerusakan di muka bumi.

            Rumah tangga Arifin – Syakila, sering diwarnai pertengkaran karena masalah ekonomi. Istri yang namanya sangat berbau Timur Tengah itu sering mengeluh gaji suami tidak cukup untuk hidup layak. Syakila sudah berulangkali mendorong agar suami cari pekerjaan yang bergaji besar. Tapi belum juga usulan ditindaklanjuti, sudah terkena pandemi Corona. Gaji yang harusnya ditambah, sekarang malah dikurangi. Tapi Arifin masih bersyukur, karena tak sampai di-PHK.

            Cuma Arifin suka heran, katanya Presiden Jokowi menambah gaji karyawan swasta yang mengalami ketekoran gara-gara Covid-19. Tapi buku tabungan dilongok berulang kali kok tak ada transferan Rp 600 ribu dari pemerintah. Apa ini berita hoaks? Nggak mungkinlah presiden bohongi rakyat sendiri.

            Arifin terus kerja keras mengharapkan perbaikan nasib setelah Corona minggat dan enyah dari republic. Dia berangkat kerja mulai pukul 06.00 pulang lagi sampai rumah pukul 17.00. Nyaris sehari-hari hidupnya di kantor dan jalanan demi sesuap nasi keluarga. Menunya sehari-hari sangat sederhana: nasi putih, sayur bening dan lauknya kerupuk sermier.

            Tapi sebulan belakangan, istri bisa masak enak, pakai ayam disayur lodok, Masih ditambah buah semangka atau pisang ambon, yang di Maluku sana malah tidak ada. Bukan itu saja, perabotan di rumah juga berubah. Kursi reyot sudah berganti dengan meubeler beli pada Wan Abud. HP istri juga sudah model android, bukan lagi Nokia 3310. Sekarang Syakila tiap hari main WA-nan melulu, ceila………!

            Arifin pernah bertanya, duit dari mana kok bisa masak mewah dan beli peralatan macam-macam. Jawabnya kredit, lain hari dari uang hasil nabung. Bagi Arifin, semua tak masuk akal. Wong buat makan sehari-hari saja kekurangan, kok bisa nabung. Uang dari Hongkong? Sampai beberapa minggu semuanya masih misteri.

            Sampailah pada beberapa hari lalu, Arifin pulang kerja lebih cepat karena kantor disemprot disenfektan anti Corona. Tapi alangkah kagetnnya, sang istri tak ada di rumah. Dia pun bertanya pada anaknya, Ayesha Almalika yang namanya juga sangat berbau Timur Tengah. Jawab anak kelas II SD itu begini, “Ibu pergi sama Oom-Oom, dijemput pakai mobil!”

            Jawaban bocah itu sangat mengejutkan. Lalu Arifin bertanya lagi, dan jawabannya semakin mengejutkan. “Hampir setiap siang ibu dijemput Oom-Oom itu!” Jantung Arifin semakin terpukul. Tak mungkin bocah kecil bohong atau menyembunyikan sesuatu macam politisi. Bila bilang A ya bener-bener A. Beda dengan politisi. Yang terjadi A, bilangnya Z. Pokoknya jawaban cari aman sajalah.

            Syakilla pun didonder, untuk menjawab sejumlah pertanyaan. Dari mana uang untuk beli perabotan ini itu, dari mana uang untuk bisa masak mewah setiap hari? Karena tak juga menjawab, Arifin menggertak,” Dari Oom-Oom yang tiap sore menjemputmu ya?” Ditembak langsung secara telak tersebut, Syakilla hanya bisa mengangguk.

Halaman

ADVERTISEMENT

Reporter: Trias Haprimita
Editor: Yulian Saputra
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT