ADVERTISEMENT

‘Tuturut Munding’ Dialog Bangsa Kerbau

Jumat, 20 November 2020 06:30 WIB

Share
‘Tuturut Munding’ Dialog Bangsa Kerbau

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

DIKISAHKAN, satu hari ada dialog antara ibu kerbau dan anaknya. Ketika tiba waktu Zuhur, kerbau yang bekerja sebagai penarik bajak, diistirahatkan. Sambil makan rumput dan batang padi, si anak kerbau tanya pada sang ibu kerbau. Bu, itu suara apa? Tanya sang anak ketika azan berkumandang dari kejauhan.

Oh, itu suara azan. itu pemberitahuan bagi bangsa manusia agar mereka menunaikan ibadah salat. O gitu, kok ibu nggak salat? Tanya si anak kerbau. O, nggk lah, kita ini kan bangsa kerbau, nggak ada kewajiban. khusus untuk bangsa manusia.” Lho, itu majikan kita yang manusia, kok nggak salat? O, iya itu bangsa manusia yang berprilaku kerbau.

Itu pribahasa ‘Tuturut Munding’( ikut-ikutan kerbau) dari Pasundan, yang sangat menyentuh  dan  seharusnya ini nasihat  sangat berharga bagi manusia. Nggak enak kan kalau dibilang sebagai bangsa kerbau?

Sebenarnya semua nasihat itu bagus, tapi pribahasa ini cukup menyentuh karena perumpamaan ini diperankan oleh  bangsa hewan. Walau pun yang mengarang pribahasa ini manusia. Sengaja kali, bahwa memang di suatu ketika orang-orang pinter,berilmu nggak dituruti lagi omongan atau nasihatnya.

Mengapa, ya karena mereka sudah pada ribet sendiri. Boro-boro kasih nasihat buat orang lain, mereka juga nggak bisa nasehati diri sendiri?

Sebenarnya, dari nasihat itu ingin menyampaikan bahwa bukan soal salat atau ibadah yang lain, tapi betapa manusia sudah sebegitu sibuknya dengan urusan duniawi. -massoes      

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT