DEMI meningkatkan karier, mantri Jamhuri, 40, siap sekolah ke Negeri Belanda atas biaya negara. Tapi di rumah, bidan Sulistyani, 30, istrinya malah dipacari dokter Puskesmas di Tempurejo (Jember). Keluarga jadi berantakan, anak-anak jadi korban. Maka Jamhuri minta dokter celamitan itu dikenakan sanksi berat.
Dokter kan sekedar profesi, orangnya sih sama, punya nafsu syahwat yang sudah menjadi kodrat. Yang membedakan adalah, bisa menahan diri atau tidak. Jika bisa menahan diri, dia akan memenuhi kodratnya secara benar. Tapi yang tak bisa mengendalikan hasratnya, banyak dokter yang kariernya hancur gara-gara urusan selangkangan. Ironis kan, seorang dokter tega “nyuntik” bini orang dengan jarum yang tak sekali pakai.
Ny. Sulistyani adalah seorang bidan di Puskesmas daerah Tempurejo, Jember (Jatim). Suaminya, Jamhuri seorang mantri kesehatan. Semuanya pekerja di bawah kendali Mentri Kesehatan. Secara ekonomi jelas rumahtangga ini lebih mapan, karena sumber penghasilan datang dari dua jurusan, ya suami ya istri. Penghasilan suami buat kebutuhan keluarga, penghasilan istri ditabung buat hari depan. Itu teorinya, sedangkan prakteknya sering meleset dari target.
Kemelesetan target itu terjadi gara-gara Jamhuri dipromosikan Dinas Kesehatan Jember, untuk sekolah ke Negeri Belanda, selama 2 tahun. Meski harus meninggalkan keluarga dalam waktu lumayan lama, Jamhuri menjalani dengan senang, karena ini bagian dari peningkatan kariernya untuk waktu-waktu mendatang.
Ny. Sulistyani yang bekerja sebagai bidan di Puskesmas Tempurejo, dengan sendirinya kenal baik dengan dr Makmuri, 40, Kepala Puskesmas karena dia memang atasannya. Ada catatan buruk tentang dokter itu, dia itu dokter yang tergolong mata keranjang, suka mengganggu perempuan, termasuk yang sudah punya suami sekalipun. Dan bidan Sulistyani tak pernah mendengar info ini.
Bidan Sulistyani ini termasuk cantik di kelasnya. Pak dokter pun kembali ke hobi lamanya, ingin memacari Bu Bidan bawahannya. Apa lagi dia tahu bahwa suaminya sedang sekolah di Negeri Belanda. Dia pun memprediksi, pastilah Sulistyani dalam kondisi kesepian habis. Ibarat sawah nan subur tapi sudah berbulan-bulan tak digarap oleh pemiliknya.
“Dan saya siap menggarapnya” kata batin pak dr Makmuri. Dia lupa bahwa dulu pernah dimutasi juga gara-gara urusan perempuan. Padahal jika dia menjadi dokter yang lurus dan berprestasi, siapa tahu nanti diangkat jadi Menteri Kesehatan. Sukur-sukur bisa menemukan vaksin Corona yang murah meriah, terjangkau oleh kantong rakyat.
Mulailah dia mendekati bidan Sulistyani secara personal, di luar jalur kesehatan karena ini memang praktek yang tidak sehat. Prediksi pak dokter benar 100 persen, karena rayuan maut Kepala Puskesmas atasannya itu mengena. Dia pun tak menolak ketika diajak berbuat mesum sebagai anti klimaks sebuah perselingkuhan. Sejak itu Sulistyani seakan melupakan suaminya yang sedang di negeri Belanda. Yang di Netherland kedinginan ganda, yang di Jember enak-enakan cari anget bersama Kepala Puskesmas.
Ketika Jamhuri kembali dari Netherland, istrinya sudah dingin terhadap suaminya. Kemudian diperoleh bukti bahwa istrinya memang ada main dengan atasannya. Hancur hati Jamhuri. Jauh-jauh ke Negeri Belanda untuk meningkatkan karier, eh di rumah istrinya malah pacaran dengan dokter puskesmas. Karenanya Jamhuri mengalah, Sulistyani diceraikan.
Sampai kemudian belum lama ini terungkap dan viral di medsos, dokter Makmuri terbongkar mesum dengan seorang wanita. Maka Jamhuri pun mendatangi polisi, mendesak dokter Makmuri dipecat, karena sudah merusak rumahtangga banyak orang. “Rumahtangga saya hancur juga gara-gara dia.” ujarnya di depan polisi.
Usul minta dikebiri nggak? (JPNN/Gunarso TS)