"Kelebihan observatorium ini adalah dibangun di daerah pegunungan yang relatif langitnya cerah sepanjang tahun dan nihil polusi cahaya. Tidak seperti di Bandung yang padat penduduk dengan polusi cahaya yang tinggi. Jadi observatorium ini dapat dikatakan pengganti yang lebih canggih dari yang ada di Bandung," ucapnya.
Mulyanto mengatakan observatorium itu diharapkan dapat digunakan untuk proses mitigasi bencana dan menganalisis cuaca atau iklim. Sebab, menurutnya, observatorium dapat digunakan untuk memantau benda-benda antariksa yang berpotensi jatuh atau menabrak bumi.
“Jadi pemantauan dalam observatorium tersebut dilakukan dalam rangka mitigasi bencana tabrakan asteroid dengan bumi. Mitigasi bencana benda angkasa jatuh, dan lain-lain, yang menjadi amanah dalam UU Keantariksaan," jelasnya.
Baca juga: PKS: Pemerintah Harus Prioritaskan Tenaga Medis dan Warga Zona Merah Divaksin Covid-19
Selain itu, observatorium tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengamati hilal pada hari raya umat Islam. Bahkan ia menilai keberadaan observatorium dapat digunakan untuk mendongkrak kemajuan pariwisata di kawasan Indonesia bagian timur.
"Selain untuk pengamatan hilal (rukyatul hilal) pada hari besar Islam, observatorium ini juga semestinya dapat diarahkan untuk mendorong pariwisata di daerah setempat," ujarnya. (rizal/tri)