ADVERTISEMENT

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Masih Minus, Pemerintah Harus Genjot Pemulihan Daya Beli

Minggu, 8 November 2020 22:50 WIB

Share
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Masih Minus, Pemerintah Harus Genjot Pemulihan Daya Beli

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA - Dalam rilis yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 kembali mengalami kontraksi sebesar minus 3,49 persen secara tahunan setelah pada kuartal II-2020 lalu terkontraksi sebesar minus 5,32 persen (yoy).

Menanggapi hal tersebut, Anggota Komisi XI DPR RI Puteri Anetta Komarudin mendorong pemerintah untuk menggenjot pemulihan daya beli masyarakat melalui instrumen APBN dan disertai upaya untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat dalam konsumsi.

 “Meski masih di zona negatif, tetapi kontraksi ini tidak sedalam kuartal sebelumnya dan mulai mengarah ke pembalikan, yang artinya proses pemulihan kondisi ekonomi kita tengah berlangsung,” kata Puteri melalui keterangan tertulisnya, Sabtu (7/11/2020).

 Bahkan, lanjutnya, secara kuartalan, pertumbuhan ekonomi sudah bergerak positif sebesar 5,05 persen dibanding kuartal II kemarin.

“Hal Ini seiring mulai membaiknya pertumbuhan di setiap komponen PDB, termasuk komponen konsumsi rumah tangga sebagai kontributor utama pembentuk ekonomi kita,“ ujarnya.

Menurut BPS, komponen konsumsi rumah tangga masih berada pada zona negatif yaitu minus 4,04 persen (yoy), meski tidak sedalam pada kuartal II lalu yang terkontraksi minus 5,52 persen (yoy). Hal ini tidak terlepas dari kondisi ekonomi yang tengah tertekan sehingga masyarakat cenderung masih menahan konsumsinya.

 Sebagaimana tercermin dalam Survei Konsumen Bank Indonesia, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada bulan September mengalami penurunan dibandingkan Agustus yaitu menjadi 83,4 dari 86,9 dimana masih berada di zona pesimis (kurang dari 100).

 Putri menjelaskan, ketidakyakinan tersebut juga tercermin dari menurunnya Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dari 118,2 pada Agustus lalu menjadi 112,6 pada September kemarin yang berarti melemahnya ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi 6 bulan mendatang.

 “Inilah yang menjadi tantangan bagi kita untuk memulihkan kepercayaan masyarakat. Tentunya, kepercayaan ini diharapkan akan membaik seiring dengan upaya pemerintah untuk menjamin penanganan dari sisi kesehatan,” ungkap politikus Fraksi Partai Golkar ini.

 Ia meminta pemerintah untuk mengoptimalkan instrumen fiskal dari belanja pemerintah maupun alokasi anggaran yang dikhususkan untuk Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT