JAKARTA - Pemberlakuan PSBB di masa pandemi platform digital konferensi video menjadi sangat penting, seperti untuk pekerjaan dan komunikasi pribadi secara daring, untuk belajar, bekerja, hingga acara reuni.
Kini hadir platform digital 'Jumpa.id' yang merupakan layanan konferensi video buatan anak bangsa hadir dengan kualitas unggulan.
Penyediaan platform ini mengingat Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta dan beberapa kota besar di Indonesia akibat adanya wabah Covid-19 menyebabkan masyarakat baik yang bekerja di sektor pemerintahan maupun swasta melakukan pekerjaan dari rumah atau yang biasa dikenal WFH (Work From Home).
Hal tersebut menyebabkan masyarakat membutuhkan platform digital konferensi video menjadi sangat penting baik untuk pekerjaan dan komunikasi pribadi secara daring seperti belajar, bekerja, berbelanja, berobat hingga acara reuni semua memanfaatkan layanan teknologi jarak jauh.
Platform digital 'Jumpa.id' yang merupakan layanan konferensi video buatan anak bangsa hadir dengan kualitas unggulan.
Kehadiran Jumpa.id ditandai dengan diskusi dan talkshow 'Inovasi Teknologi di Masa Pandemi: Solusi untuk Negeri' dengan menghadirkan pembicara dua direktur jenderal dari dua kementerian, yakni Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Nizam dan Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Aptika) Kementerian Komunikasi dan Informatika Samuel Abrijani Pangerapan.
Dalam sambutannya, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Nizam mengaku senang dengan kehadiran Jumpa.id. Dia menilai Jumpa.id bisa menjadi sarana terbaik untuk kegiatan pembelajaran jarak jauh (PJJ)) di lingkungan sekolah dan kampus.
"Siswa dan mahasiswa bisa lebih fokus belajar dengan menggunaka Jumpa.id, terlebih Jumpa.id adalah aplikasi yang dikembangkan untuk keperluan pendidikan,"kata Nizam, baru-baru ini.
Nizam menyebutkan ada tiga kendala mencolok yang selalu menghambat kegiatan pembelajaran jarak jauh (PJJ). "Yaitu, kuota internet tidak cukup dari segi kapasitas, biaya belum terjangkau, infrastruktur belum merata," tambahnya.
Belum lagi masalah akan makin berat bagi para siswa yang berada di pelosok.
Mereka tidak seberuntung siswa di perkotaan. Banyak kendala yang mereka hadapi dalam proses belajar secara daring. Selain soal quota internet, jaringan internet yang susah, dan bahkan ada yang belum sanggup membeli gawai.