JAKARTA- Setelah dikecam umat Islam dari segala penjuru dunia, Presiden Prancis Emmanuel Macron, memberikan pembelaannya. Dia berdalin, apa yang dia sampaikan adalah dalam upaya melawan Islam radikal, yang menjadi ancaman semua orang, termasuk kaum muslim sendiri.
Hal itu diungkapkan Presiden Prancis Emmanuel Macron, dalam wawancara ekslusif dengan Al Jazeera. Macron mengatakan dia memahami perasaan umat Islam yang dikejutkan dengan tayangan kartun Nabi Muhammad tetapi menambahkan bahwa “Islam radikal” yang dia coba lawan adalah ancaman bagi semua orang, terutama Muslim.
Komentar Macron itu disiarkan secara penuh pada hari Sabtu, muncul di tengah ketegangan yang meningkat antara pemerintah Prancis dan dunia Muslim atas kartun tersebut, yang oleh umat Islam dianggap menghujat.
Baca juga: Jokowi Kecam Pernyataan Presiden Prancis dan Aksi Teror di Nice
“Saya memahami sentimen yang diungkapkan dan saya menghormati mereka. Tapi Anda harus memahami peran saya sekarang, untuk melakukan dua hal: mempromosikan ketenangan dan juga melindungi hak-hak ini, " kata Macron.
"Saya akan selalu membela di negara saya kebebasan untuk berbicara, menulis, berpikir, menggambar," tambahnya.
Macron juga mengecam apa yang dia gambarkan sebagai "distorsi" dari para pemimpin politik, dengan mengatakan bahwa orang sering dituntun untuk percaya bahwa karikatur adalah ciptaan negara Prancis.
Baca juga: MUI Serukan Umat Islam Boikot Semua Produk Prancis di Indonesia
"Saya pikir reaksi itu datang sebagai akibat dari kebohongan dan distorsi kata-kata saya karena orang-orang mengerti bahwa saya mendukung kartun ini," kata presiden dalam wawancara.
Macron mengacu pada penerbitan ulang karikatur oleh majalah Charlie Hebdo baru-baru ini untuk menandai pembukaan persidangan atas serangan mematikan terhadap stafnya pada tahun 2015 ketika kartun publikasi yang berbasis di Paris dikutip sebagai alasan penyerangan tersebut.
Presiden telah membela "hak untuk menghujat" di bawah hak kebebasan berbicara pada saat republikasi pada bulan September, beberapa minggu sebelum dia mendapat reaksi keras dari aktivis Muslim pada 2 Oktober ketika dia mengklaim dalam pidatonya bahwa Islam "dalam krisis global" dan diumumkan rencananya "untuk mereformasi Islam" agar lebih sesuai dengan nilai-nilai republik negaranya.