Oleh Harmoko
PANDEMI belum berakhir, tidak tahu pasti kapan akan berakhir. Masalah pun bertambah karena ekonomi belum memulih, meski ada tanda-tanda geliat mulai terlihat.
Terasa beban kian memberat dan tidak sedikit yang nyaris tak berdaya dan sama sekali tanpa harapan.
Tetapi ingat, dalam kondisi sesulit apa pun, harapan tetaplah harapan. Harapan harus ada dalam diri kita. Agama apa pun mengajarkan kepada umatnya, pemeluknya menjauhkan diri dari sikap putus asa - putus harapan.
Mengapa? Jawabnya harapan adalah kekuatan, bagaikan batu pijakan untuk melangkah mencapai tujuan. Pegangan untuk bergerak meraih sesuatu yang hendak dipetik.
Ya kita boleh saja kecewa dengan apa yang telah terjadi. Karena masalah yang datang bertubi -tubi, tetapi jangan pernah kehilangan harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Para filsuf berpesan, ketika posisi yang sulit timbul di mana-mana dan masalah datang bertubi-tubi, hal yang harus kita lakukan ialah tetap mempertahankan harapan sekecil apa pun yang ada di dalam diri.
Jangan biarkan harapan lari karena hal itu akan membuat kita semakin sulit bangkit.
Harapan selalu mampu memunculkan kekuatan besar yang dapat menggerakkan seseorang untuk tegak mewujudkan cita-cita.
Tidak sedikit orang hebat yang mampu tampil di dunia, bermula melangkah dari sebuah keterpurukan. Dari
sesuatu yang kelam.