ADVERTISEMENT

Chef Arnold Ngaku Pernah Jadi Imigran Gelap di Australia

Minggu, 18 Oktober 2020 21:30 WIB

Share
Chef Arnold Ngaku Pernah Jadi Imigran Gelap di Australia

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA - Juri terkenal di salah satu acara perlombaan masak, Chef Arnold Poernomo mengaku pernah menjadi imigran gelap selama 8 tahun di Australia. Dirinya menceritakan bagaimana perjalanan hidupnya tersebut saat menjadi bintang tamu di podcast youtube Deddy Corbuzier, Minggu (18/10/2020).

Ia menjelaskan bahwa dirinya bukanlah berasal dari keluarga kaya. Berawal dari restoran keluarga yang bangkrut sewaktu krisis moneter 1998-1999, Arnold membagi kisah saat memutuskan untuk pindah dari Surabaya ke Australia bermodalkan tiket yang dibayar oleh tantenya.

"Bokap gue ini jagoan, kita ke sana pakai visa turis, buat jalan-jalan di Australia, tapi nggak mau pulang, " curhat Arnold kepada Deddy.

Meski demikian, dia tidak mengakui bahwa dirinya adalah imigran gelap seutuhnya, "Bukan gelap sih, tapi karena waktu itu ada beberapa dokumen yang ditipu orang, " jelas Arnold.

Sejak memutuskan tinggal di Australia, Arnold dan keluarga baru bisa mendapat izin tinggal tetap sebagai permanent resident setelah 8 tahun.

"8 tahun kita berjuang buat survive, orang tua gue dari yang tadinya pemilik restoran, di negara jadi koki juga, we barely survive," kata Arnold.

Tidak hanya orang tuanya yang mendapat tantangan tinggal di negeri orang, Arnold mengatakan, dirinya dan kakaknya pun kerap dirundung atau mendapat bully semasa sekolah. 

"Bekal makanan kita tuh dibuang. Tau-tau ada di tempat sampah. Karena kalo gue kan bekalnya kayak nasi udang dan lain-lain, mungkin bau dianggapnya," kata Arnold. 

Tidak hanya itu, Arnold mengaku awalnya tidak bisa Bahasa Inggris sama sekali. "4 tahun pertama itu gue cuma bisa Bahasa Inggris standar kayak yang diajarkan di SD. Yesterday sama tomorrow aja gue kebalik-balik," lanjut dia.

Meski demikian, semua perjuangan yang dilalui keluarganya kini mulai berbuah manis. Pasalnya, Arnold sendiri sudah memiliki restoran di Sydney, Australia, yang digadang-gadang sebagai restoran dessert termahal di negeri kangguru itu. (Mita/tha).

ADVERTISEMENT

Reporter: Trias Haprimita
Editor: Trias Haprimita
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT