POSKOTA.CO.ID, PARIS-- Presiden Perancis Emmanuel Macron mengutuk sebuah tindakan yang disebutnya sebagai "serangan teroris Islam" menyusul peristiwa seorang guru sejarah terbunuh dengan kepala dipenggal di luar sebuah sekolah dekat Paris.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mendesak negaranya untuk "berdiri bersama sebagai warga negara" saat dia mengunjungi tempat kepala guru sejarah dipenggal.
Peristiwa pemenggalan kepala guru sejarah itu terjadi di kota Conflans-Saint-Honorine, Perancis.
"Salah satu rekan kami dibunuh hari ini karena dia mengajar murid-muridnya tentang kebebasan berekspresi, kebebasan untuk percaya atau tidak," kata Macron seperti ditulis independent.co.uk.
"Rekan kami diserang secara mencolok, menjadi korban serangan teroris ... Mereka tidak akan menang ... Kami akan bertindak. Dengan tegas, dan cepat. Anda dapat mengandalkan tekad saya."
Beberapa menit kemudian dia men-tweet frasa pendek "Ils ne passeront pas", yang berarti: "Mereka tidak akan lulus."
Mantan presiden Francois Hollande tweeted: "Dengan pembunuhan mengerikan terhadap seorang guru, Republik dan sekolahnya sekali lagi menjadi sasaran terorisme.
“Lebih dari sebelumnya, kita harus bersatu dalam menghadapi barbarisme dan obskurantisme. Pikiran saya bersama keluarga guru dan seluruh komunitas pendidikan. "
Kantor kejaksaan anti-terorisme Prancis mengatakan telah membuka penyelidikan "terkait pembunuhan dengan motif terduga teroris".
Menurut polisi, tersangka menyerang korban di jalan di luar sekolah sekitar jam 5 sore pada hari Jumat.
Tersangka, yang dipersenjatai dengan pistol pelet dan pisau, ditembak mati sekitar 600 meter di dekat kota Eragny.