ADVERTISEMENT

Tetangga Dituduh Ada Main Karena Istri Jarang Pulang

Jumat, 16 Oktober 2020 07:30 WIB

Share
Tetangga Dituduh Ada Main Karena Istri Jarang Pulang

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

SEBAGAI istri Marjo (50), warga Kebumen (Jateng), Kamini (40),  jarang di rumah karena kerja jadi pembantu di Jakarta. Mungkin karena “aspirasi” kurang tersalur, Marjo jadi mudah cemburu. Yang kasihan Kohar (43), tetangganya. Dia dituduh “ada main” dengan bininya dan tanpa klarifikasi main bacok saja.

            Ibu rumahtangga yang baik harus selalu melayani suami dengan baik. Tapi jika rejeki suami tidak baik, banyak ibu rumahtangga terpaksa minta ijin baik-baik agar bisa ikut bekerja mencari penghasilan. Karena rejeki tak kunjung membaik, suamipun hanya bisa bilang, “Baiklah istriku, tapi jaga diri baik-baik lho ya.” Istri pun berangkat ke kota sambil berpesan pada suami, “Jaga anak baik-baik ya Pak.”

            Persis seperti itu gambaran keluarga Marjo-Kamini, dari Karangsambung, Kebumen. Sejak setahun lalu Kamini kerja di Jakarta, ikut orang sekampungnya, menjadi pembantu di Ibukota. Anak-anak dititipkan pada suami, sementara Kamini paling bisa pulang 4 bulan sekali. Itupun di rumah paling bisa 2-3 hari. Habis itu harus kembali ke Jakarta sebagai TKW domestik.

            Sebagai lelaki normal, sebetulnya “aspirasi” Marjo jadi kurang tersalur. Jika yang tersumbat aspirasi politik bisa diperjuangkan lewat demo berhari-hari macam UU Cipta Kerja. Tapi kalau aspirasi urusan bawah, mau demo ke mana? Penyelesaiannya paling punya WIL atau “jajan”. Tapi dalam kondisi musim Covid-19 ini, jelas tak memungkinkan. Bagaimana mungkin bisa menyalurkan aspirasi, jika harus jaga jarak minimal 1,5 meter?

            Gara-gara aspirasi yang sering tersumbat itulah, Marjo sering menjadi sarwa ora pener (serba salah). Dalam kondisi seperti itu kok Kohar tetangganya seakan suka meledeknya, dengan tanya melulu soal istrinya. “Bojomu kapan bali kang, kadhemen ya (kapan istrimu pulang, kedinginginan ya)?

            Memangnya kalau pulang situ mau ngapain, batin Marjo. Kamini memang bekerja di keluarga Kohar, sehingga dia lebih tahu perkembangan istrinya. Tanpa ditanya, Kohar suka menceritakan perkembangan berita Kamini di Jakarta. Sedangkan Marjo sendiri terlalu awam perkembangan istri. Maklum dia tak punya HP karena saking gapteknya.

            Tapi nanti dulu! Setan tiba-tiba menyelinap dalam benak Marjo. Jangan jangan Kohar ada main dengan istrinya. Bagaimana ada main, wong Kamini-nya di Jakarta dan Kohar-nya di Kebumen. Setan pun memperkuat argumentasinya, “Bisa saja Kohar yang datang ke Jakarta secara periodic.”

            Lha ini, Marjo baru sadar. Jika pemerintah mencurigai KAMI, Marjo sekarang juga mencurigai Kamini. Tapi untuk klarifikasi dengan Kamini kan tak mungkin, kalau pun menunggu dia pulang juga terlalu lama. Maka jalan satu-satunya minta klarifikasi pada Kohar secara langsung, kalau perlu dipentung!

            Marjo orangnya memang tidak sabaran. Maka beberapa hari lalu langsung mencari Kohar, sambil bawa sabit lagi. Begitu ketemu langsung saja disemprot dan dituduh, “Kamu selingkuh sama istriku ya?” Tentu saja Kohar membantah, wong ketemu juga tidak. “Memangnya ada orang selingkuh secara virtual?” kata Kohar memperkuat dalilnya.

            Tapi Marjo sudah emosi. Sabit yang dibawa segeta disabetkan ke kepala Kohar hingga terluka. Untuk saja ketika mau dipindhoni (diulang), sabit itu lepas dari gagangnya. Tetangga pun memisahnya. Kohar dilarikan ke Rumah Sakiit sementara Marjo jadi urusan polisi.

Halaman

ADVERTISEMENT

Reporter: Winoto
Editor: Winoto
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT