PSBB Telah Dilonggarkan, Tapi Kok Rupiah Terpantau KO?

Senin 12 Okt 2020, 12:46 WIB
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. (ist

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. (ist

JAKARTA - Waspadai pergerakan nilai tukar mata uang rupiah yang terpantau melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi pergerakan rupiah cenderung melemah di minggu ini.

Ekonom PermataBank Josua Pardede kepada Pos Kota, Senin (12/10) di Jakarta, mengatakan pengumuman Pemda DKI terkait pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi kembali dalam dua minggu ke depan juga diperkirakan akan mendukung peningkatan mobilitas masyarakat, sehingga mendorong peningkatan aktivitas ekonomi yang berimplikasi positif bagi pergerakan rupiah.

Di sisi lain, Josua menjelaskan dalam sepekan ke depan, pelaku pasar diperkirakan mencermati hasil rapat dewan gubernur Bank Indonesia (BI), dimana suku bunga kebijakan BI7RR BI 7-Day Reverse Repo Rate) suku bunga acuan yang diperkirakan tetap 4%.

Selain itu, lanjut dia, rilis data neraca perdagangan bulan September diperkirakan surplus 2,53miliar dolar AS dengan laju impor yang terkontraksi lebih dalam dibandingkan kontraksi ekspor, maka rupiah diperkirakan akan berada di rentang Rp14.675-14.775 per dolar AS.

Baca juga: Survei BI: Tren Penjualan Eceran Membaik Pada Agustus 2020

Namun demikian, ujar dia,  masih kuatnya sentimen dari kondisi keuangan global, pergerakan rupiah masih akan didominasi oleh sentimen penyebaran Covid-19 dan stimulus AS akan mempengaruhi nilai rupiah terhadap dolar AS.

Josua menuturkan hari Sabtu (10/10) kemarin, paket stimulus AS ditolak oleh parlemen AS, sehingga diperkirakan rupiah akan mengalami tekanan pada awal pekan ini.  Josua menjelaskan mengingat pasar perdagangan AS tutup hari ini karena libur nasional maka pelemahan rupiah diperkirakan terbatas.

Dia mengakui pada Minggu lalu rupiah mengalami penguatan karena didominasi oleh sentimen pengesahan UU Ciptaker, yang diperkirakan akan mendorong peningkatan investasi di masa depan.

Selain itu, di dalam negeri, lanjut Josua, pada minggu lalu, ada aliran modal masuk, sebagian besar aliran modal masuk berasal dari pasar obligasi, yang membukukan modal masuk sebesar 338,04 juta dolar AS. Sementara pasar saham malah membukukan modal keluar sebesar 156,26 juta dolar AS. (johara/tha)

Berita Terkait
News Update