JAKARTA – Perjuangan para akademisi dan pereka cipta harus mampu terwujud dalam bentuk reka cipta yang dapat memajukan desa.
Hal ini dikatakan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kemendikbud RI, Nizam, saat sebagai Keynote Speaker pada Webinar Internasional yang diselenggarakan oleh Tim Kerja Akselerasi Reka Cipta Ditjen Dikti, Minggu (4/10/2020) malam.
Webinar internasional yang bertajuk 'Kebermanfaatan Reka Cipta di Bidang Saintek dan Sosial dalam Pembangunan Desa dan Kota' dihadiri lebih dari 600 peserta terdiri atas kalangan akademisi, peneliti, dan mahasiswa.
Pada kesempatan tersebut turut hadir Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Paristiyanti Nurwardani dan para narasumber yakni Professor di Bidang Teknik Elektro Calpoly State University Amerika Serikat Taufik, Pengajar dan Peneliti di Bidang Perencanaan Radbound University Belanda Ary Adriansyah Samsura, Rektor Universitas Teknologi Sumbawa Nusa Tenggara Barat Chairul Hudaya. Bertindak sebagai moderator adalah Tim Kerja Akselerasi Reka Cipta Ditjen Dikti Willy Sakareza.
Nizam menyampaikan sepenggal cerita saat mengunjungi Kabupaten Sigi Sulawesi Selatan pascabencana alam gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi. Kedatangan saat itu turut serta mengunjungi beberapa desa di pelosok Kabupaten Sigi yang mana akses menuju ke Desa tersebut begitu sulit.
Permasalahan yang ada di desa tersebut adalah ketidaktersediaan listrik dan kekeringan akibat dampak bencana alam likuefaksi. "Sehingga saat itu implementasi reka cipta yang dilakukan adalah dengan membuat micro hydro dan pompa irigasi bagi masyarakat. Reka cipta berupa micro hydro telah menjadi solusi untuk menerangi desa sehingga memudahkan aktivitas belajar mengajar dan sebagainya," paparnya.
Sedangkan reka cipta pompa irigasi menjadi solusi bagi para kelompok tani untuk mengoptimalkan produksi hasil pertaniannya.
"Hal tersebut hanyalah sepenggal cerita kecil, sedangkan masih ada 17 ribu dari 74 ribu desa di Indonesia yang masih tertinggal dan butuh sentuhan reka cipta perguruan tinggi sebagai solusi untuk menjawab permasalahannya," ungkap Nizam.
Paris menambahkan, kebijakan Merdeka Belajar, Kampus Merdeka akan mendorong transformasi pendidikan dan perekonomian Indonesia. Hadirnya platform Kedai Reka dapat menjadi ruang kolaborasi inovator perguruan tinggi dan industri untuk berperan dalam memajukan desa. Melalui optimalisasi bidang saintek dan sosial, berbagai permasalah desa tentu dapat diselesaikan dengan sentuhan reka cipta. Inovator perguruan tinggi, mahasiswa, dosen, industri, dan masyarakat harus berkolaborasi menjalin langkah yang pasti. Sudah semestinya desa dan kota maju dengan adanya peran perguruan tinggi di wilayahnya.
"Saya mengapresiasi terselenggaranya webinar mengenai peran reka cipta untuk pembangunan desa, yang harapannya dapat mendorong kreativitas insan bangsa dalam membangun 74 ribu desa di Indonesia," ucap Paris.
Pada kesempatan tersebut, Taufik memaparkan bahwa prespektif akan teknologi kelistrikan dibagi menjadi dua yakni desa dan kota sesuai dengan kondisi kewilayahannya. Teknologi kelistrikan di desa bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas pertanian beserta industri yang mendukung pengolahan dan memudahkan akses listrik di pedesaan. Sedangkan kebermanfaatan teknologi kelistrikan di kota jauh lebih berkembang yakni dalam mendukung kemudahan palayanan masyarakat. (rizal/tri)