ADVERTISEMENT

Pengamat: Konflik Armenia-Azerbaijan Mesti Segera Disudahi

Minggu, 4 Oktober 2020 10:15 WIB

Share
Pengamat: Konflik Armenia-Azerbaijan Mesti Segera Disudahi

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA - Armenia dan Azerbaijan terlibat pertempuran sengit memperebutkan wilayah Nagorno Karabakh yang kini, Minggu (4/10/2020) telah memasuki hari ketujuh.

Pengamat politik internasional, Arya Sandhiyudha, mengulas bahwa ada lima catatan utama terkait situasi ini.

"Pertama, bahwa Nagorno-Karabakh ini secara prinsip hukum internasional merupakan bagian dari territorial Azerbaijan, namun secara demografik etnik mayoritasnya adalah Armenia. Sehingga kenapa konflik ini sudah berusia panjang dan rumit karena ada dua penggunaan logika prinsip yang berbeda, asimetrik," kata Direktur Eksekutif, The Indonesian Democracy Initiative (TIDI) ini kepada Poskota.co.id.

Arya yang merupakan  peraih Doktor Hubungan Internasional dari Istanbul University, Turki ini kemudian menyebutkan akar konflik ini. "Kedua, akar konflik ini berlanjut karena pasca Sovyet runtuh, wilayah ini menuntut kemerdekaan dengan dukungan militer persenjataannya dari Armenia. Maka terjadilah proxy war antara Armenia dan Azerbaijan yang saling bertetangga secara geografis."

Baca juga: Perang Armenia-Azerbaijan Meletus di Area Sengketa, Turki Kutuk Keras

Menurut Arya, konflik Nagorno Karabakh mesti segera disudahi karena sudah sangat banyak jatuh korban. "Ketiga, konflik ini telah menjadi perang panjang yang menyebabkan 17-25 ribu jiwa terbunuh, 1 juta pengungsi terusir, wilayah Azerbaijan lepas, dan sanksi PBB terhadap Armenia jatuh."

Arya  mengatakan,  karena wilayah Nagorno Karabakh memiliki nilai strategis membuat konflik ini melibatkan kekuatan besar di kawasan, seperti Rusia, Turki, dan İran.

"Keempat, dalam peta hubungan luar negeri, konflik ini telah melibatkan negara-negara besar di kawasan, di antara sebabnya adalah potensi energi fosil yang luar biasa di wilayah tersebut. Ada Rusia, yang cenderung mendukung Armenia. Ada Turki, yang menggalang dukungan solidaritas dengan Azerbaijan. Selain faktor sejarah, karena ada pipa BTC Baku-Tblisi-Ceyhan yang melintas via Erzurum, untuk penyaluran energi fosil (minyak dan gas alam) antara laut Kaspia dan Laut Mediteran," katanya.

Selain itu, paparnya, ada Iran, yang secara domestik juga memiliki ketegangan dengan 16 juta imigran asal Azerbaijan di Iran, serta kompetisi energi fosil (minyak dan gas alam) terkait pipa BTP.

Arya juga menyebutkan catatan kelima, "status quo Nagorno Karabakh ini membutuhkan mekanisme multilateral seperti OSCE, Organization for Security and Cooperation in Europe, untuk mencapai skenario terbaik selain perang panjang."

Halaman

ADVERTISEMENT

Reporter: Yulian Saputra
Editor: Yulian Saputra
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT