Oleh Harmoko
VISI misi digelar, program kerja dipapar, dan janji pun ditebar untuk merangkul simpati publik. Itu lazimnya aktivitas politik yang dilakukan selama masa kampanye, apakah pilpres, pileg atau pilkada serentak seperti sekarang ini.
Jual program adalah sebuah keharusan agar calon pemilihnya tahu pasti apa yang akan dilakukan si terpilih setelah menjadi kepala daerah.
Hendaknya program kerja itulah yang dikaji, visi misi yang perlu diuji, bukan sebatas janji.
Kita memandang janji memang diperlukan, bahkan hendaknya diikrarkan secara terbuka. Tidak hanya diucapkan dalam kata saat kampanye, jika memungkinkan secara tertulis sebagai dokumen resmi yang suatu saat nanti dapat digunakan untuk menagih janji.
Mengapa? Janji bukan sekadar bumbu kampanye. Janji juga bukan sebatas strategi untuk menarik simpati.
Janji hendaknya keluar dari hati sanubari, niat suci untuk membenahi, memajukan dan mengembangkan daerah yang hendak dipimpinnya kelak.
Itulah sebabnya, sebaiknya janji yang diungkapkan sesuai dengan kemampuan diri.
Sebagai kader parpol, sebagai kalangan profesional yang didukung parpol maju sebagai calon kepala daerah, tentu sudah mempersiapkan diri untuk memenangkan pilkada.
Syarat menang pilkada, di antaranya program kerja yang dijanjikan cukup realistis.
Janji program yang ditebar sesuai nalar dan logika. Maknanya, tidak harus banyak program, tapi sulit untuk disasar. Artinya program yang ditawarkan realistis, bukan muluk-muluk, mengawang-awang. Pokoknya bukan menggantang asap.