ADVERTISEMENT

Soal Jejak Khilafah di Nusantara, Prof Azyumardi: Itu Ilusi!

Minggu, 27 September 2020 12:05 WIB

Share
Soal Jejak Khilafah di Nusantara, Prof Azyumardi: Itu Ilusi!

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA - Guru Besar yang juga mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Prof Dr Azyumardi Azra, membantah informasi yang terdapat dalam film Jejak Khilafah di Nusantara (JKDN). Sebab, menurutnya tidak pernah ada kepemimpinan berkonsep khilafah di Indonesia maupun nusantara.

"Jadi kalau ada orang yang mengatakan bahwa ada jejak khilafah di Indonesia sesuai cerita film itu (Jejak khilafah di nusantara),  menurut saya itu hanyalah  ilusi saja, tidak ada faktanya sama sekali," ujar Prof Azyumardi saat menjadi narasumber dalam webinar 'Jejak Khilafah di Nusantara: Fakta Sejarah atau Propaganda?', yang digelar Yayasan Demokrasi Republikan, Sabtu (26/9/2020). 

Menurutnya tak ada pemerintahan berlatar khilafah sebelum Indonesia berdiri, ataupun setelahnya. Yang ada hanyalah kerajaan atau kesultanan Islam.

"Kasih tahu saya yang mana khilafah? Itu tidak ada. Memang mungkin ada yang mengklaim kerajaan atau kesultanan, jadi entitas politik. Politik di kepulauan nusantara itu kerajaan dan kesultanan. Kerajaan dan kesultanan itu bukan khilafah. Itu adalah entitas politik yang istilah modernnya adalah monarki, turun-temurun, jadi ya enggak ada khilafah," jelasnya.

Kerajaan atau Kesultanan Demak menurutnya juga bukanlah khilafah. Apalagi disebut sebagai bagian dari Utsmani Turki, yang juga diklaim sebagai pemerintahan khilafah.

"Dinasti Utsmani disebut khilafah itu juga salah, menyebut Utsmani sebagai khilafah adalah keliru. Karena Utsmani itu resminya adalah kesultanan atau dinasti, enggak ada itu khilafah," jelasnya.

Lebih lanjut, Azyumardi menilai para pendukung khilafah khususnya yang ada di Indonesia, tak paham mengenai ideologi tersebut. Terutama dalam aspek fakta sejarahnya.

Selain tak paham sejarah, konsep khilafah di Indonesia juga dimanipulasi dan diromantisasi, untuk dijadikan sebuah ideologi sehingga akhirnya disebarluaskan.

Hal ini telah ia buktikan sendiri. Azyumardi mengaku kerap berdebat dengan kelompok pengusung pemahaman khilafah, seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

"Misalnya saya dulu sering berdebat dengan anggota atau pimpinan HTI, 'Anda bicara khilafah, Anda sudah baca buku mengenai khilafah siapa saja? Anda sudah baca belum buku khilafah yang ditulis Jamaludin Al Afgani misalnya, sudah baca belum? Pernah dengar nggak? Kalau belum dan tidak tahu, jangan ajak berdebat," tuturnya.

Halaman

ADVERTISEMENT

Reporter: Tri Haryanti
Editor: Tri Haryanti
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT