FSGI Kaji Penyederhanaan Kurikulum 2013 yang Dinilai Sarat Beban

Minggu 27 Sep 2020, 18:06 WIB
Dewan Pakar FSGI Retno Listyarti 

Dewan Pakar FSGI Retno Listyarti 

JAKARTA - Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) melakukan kajian singkat secara internal terkait dengan kebijakan penyederhaan kurikulum 2013 oleh Pusat Kurikulum Kemdikbud RI.

FSGI mendukung rencana penyederhaan Kurikulum oleh Kemdikbud karena memang Kurikulum sudah saatnya disederhanakan apalagi di masa pandemi Covid-19 saat ini dengan adanya kebijakan PJJ.  Tidak dalam kondisi pandemik saja Kurikulum 2013 sulit dituntaskan, apalagi disaat bencana seperti saat ini. 

Dewan Pakar FSGI Retno Listyarti  mengatakn, FSGI berposisi mendukung rencana pemerintah melakukan penyederhanaan kurikulum dengan enam catatan.

"Pertama, penyederhanaan adalah untuk mengurangi muatan kurikulum 2013 yang selama ini sarat beban dan sulit dituntaskan," katanya, Minggu (27/9/2020).

Kedua katanya, penyederhaan kurikulum berfokus pada pengurangan muatan, terutama materi yang tumpang tindih antar mata pelajaran terkait, bukan menghilangkan mata pelajaran tertentu dan ketiga  penyederhaan juga diperlukan di saat pandemic covid 19 karena  pembelajaran jarak jauh (PJJ)  menghadapi sejumlah kendala.

"Penyederhanaan ke empat,  juga harus dilakukan selama pandemic covid 19, karena jam belajar setiap mata pelajaran sudah banyak dikurangi," ucapnya.

Yang kelima, untuk Matpel Sejarah, penyederhanaan dilakukan untuk penguatan muatan sejarah local dalam konteks sejarah nasional Indonesia. "Kenam, penguatan pembelajaran sastra untuk Matpel Bahasa dan Sastra Indonesia," ucapnya. 

Retno Listyarti  mengatakan, ini menjadi momentum bagi FSGI untuk memberikan sejumlah masukan  kepada Kemdikbud, diantaranya untuk mata pelajaran Sejarah serta Bahasa dan Sastra  Indonesia.  "Penguatan pendidikan kesusastraan penting, sebab, generasi muda dapat belajar budaya lewat sastra. Karena selama ini, pembelajaran sastra lemah. Sastra yang berkembang justru penguasaan teori-teori," katanya.

Begitupun juga, katanya, kurikulum Sejarah harus memasukan aneka pengetahuan dan kearifan lokal yang telah lahir dari rahim peradaban manusia Indonesia sendiri selama berabad-abad. (rizal/ruh)

Berita Terkait

News Update