BMKG Tanggapi Ancaman Tsunami di Pantai Selatan Jawa Barat

Sabtu 26 Sep 2020, 15:06 WIB
epala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Dr Daryono. (ist)

epala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Dr Daryono. (ist)

JAKARTA –  Badan  Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menanggapi prediksi gempa di zona megathrust dan tsunami yang juga disebut akan mengancam Pantai Selatan Jawa Barat.

Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Dr Daryono dalam keteranga tertulisnya yang diterima Pos Kota, Sabtu (26/9/2020) mengatakan informasi potensi gempa kuat selatan Jawa saat ini bergulir cepat menjadi berita yang sangat menarik. 

"Masyarakat awam pun menduga seolah dalam waktu dekat di selatan Pulau Jawa akan terjadi gempa dahsyat, padahal tidak demikian," terang Daryono.

Daryono menerangkan kita akui, informasi potensi gempa kuat di zona megathrust memang rentan memicu keresahan akibat salah pengertian (misleading). Masyarakat ternyata lebih tertarik membahas kemungkin dampak buruknya daripada pesan mitigasi yang mestinya harus dilakukan," tutur Daryono.

Meskipun kajian ilmiah mampu menentukan potensi magnitudo maksimum gempa megathrust dan skenario terburuk, akan tetapi hingga saat ini teknologi belum mampu memprediksi dengan tepat dan akurat kapan dan dimana gempa akan terjadi.

"Maka dalam ketidakpastian kapan terjadinya, yang perlu dilakukan adalah upaya mitigasi dengan menyiapkan langkah-langkah kongkrit untuk meminimalkan risiko kerugian sosial ekonomi dan korban jiwa," sebut Daryono.

Informasi hasil kajian ini hendaknya tidak mempertajam kecemasan dan kekhawatiran masyarakat. Tetapi harus segera direspon dengan upaya mitigasi yang nyata. Apakah dengan meningkatkan kegiatan sosialisasi mitigasi, latihan evakuasi (drill), menata dan memasang rambu evakuasi, menyiapkan tempat evakuasi sementara, membangun bangunan rumah tahan gempa, menata tata ruang pantai berbasis risiko tsunami, serta meningkatkan performa sistem peringatan dini tsunami. 

Namun demikian, BMKG mengapresiasi hasil kajian potensi gempa Megathrust Selatan Jawa. "Hasil kajian para ahli kebumian ITB yang dipublikasikan di jurnal ilmiah Nature baru-baru ini, diharapkan dapat mendorong kita semua untuk lebih memperhatikan upaya mitigasi bencana gempabumi dan tsunami," terang dia.

Daryono menambahkan perlu ada upaya serius dari berbagai pihak untuk mendukung dan memperkuat penerapan building code dalam membangun infrastruktur. Masyarakat juga diharapkan terus meningkatkan kemampuannya dalam memahami cara selamat saat terjadi gempa dan tsunami.

Dia menjelaskan BMKG dalam hal ini mengapresiasi hasil tersebut. Skenario model yang dihasilkan merupakan gambaran terburuk (worst case), dan ini dapat dijadikan acuan kita dalam upaya mitigasi guna mengurangi risiko bencana gempa dan tsunami. (johara/tri)

Berita Terkait

News Update