JAKARTA - Kita sangat khawatir, kalau pilkada tetap ngotot diteruskan, sementara makin meningkat jumlah rakyat yang tumbang karena pandemi ini, belum ada tanda-tanda akan berakhir di Indonesia dan dunia.
Hal itu disampaikan pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago, Selasa (22/2020). Menurutnya, apa yang disampaikan Jusuf Kalla agar “pilkada ditunda, agaknya benar, sampai anti virus ditemukan”. Ia mengklaim sudah jauh-jauh hari hari berpendapat hal yang sama, pilkada ditunda.
“Tiga bulan yang lalu, saya meminta pilkada ditunda saja, jangan sampai kita bunuh diri, celaka semua, akibat salah mengkalkulasi/salah hitung, serta salah dalam melangkah,” ujarnya.
Bahasa kita agak keras memang, lanjutanya, “pilkada masih bisa ditunda, pemulihan ekonomi masih bisa ditunda, nyawa tidak bisa ditunda kepergiaannya”.
“Sementara ekonomi bisa dipulihkan, ratusan dokter yang meninggal karena pandemi tak bisa ditunda, dan tak akan kembali,” ujar Pangi yang juga analis politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting.
Menurut Pangi, adanya ratusan dokter yang meninggal karena pandemi tak bisa ditunda, dan tak akan kembali, itu cerita-cerita di dunia karena pemimpinnya yang tidak tegas, pemimpin yang tak punya kalkulasi matang, pemimpin yang takabur, tak berani mengambil keputusan cerdas menyelematkan dan melindungi nyawa rakyatnya.
“Sekarang kita sedih, negara makin gagap, tak punya arah bagaimana menyelamatkan dan melindungi rakyatnya dari ganasnya virus pandemi carona. Wajar WHO marah besar melihat negara-negara yang masih egois, masih memprioritas ekonomi ketimbang menyelamatkan nyawa rakyatnya,” katanya
Ditegaskannya, kita sepakat demokrasi perlu diselamatkan, kita sepakat ekonomi perlu diselamatkan, namun di atas itu semua, nyawa rakyat yang prioritas untuk diselamatkan.
“Untuk apa pemulihan ekonomi, untuk apa demokrasi, kalau rakyat menjadi tumbal, karena cluster pilkada yang makin mengkhawatirkan, ini namanya mati celaka,” katanya.
Memang lucu tingkah, lanjutnya, elite/pejabat kita, virus corona kembali merebak, Selandia baru tunda pemilu, di Indonesia beda lagi lagunya.
“Mulai dari presiden Jokowi, KPU dan hampir semua parpol kompak satu suara mengatakan pilkada makin sulit untuk ditunda, Selandia Baru level pilpres saja mereka tunda, itu lah menggapa saya mengatakan sebuah lelucon politik, mari kita tertawa bareng, supaya elite/pejabat makin sehat cara berfikirnya, makin waras dalam mengambil keputusan strategis/penting dan tidak blagu,” ujarnya. (*/win)