JAKARTA - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno LP Marsudi mewakili Indonesia menyampaikan pidatonya pada Sidang Umum (SU) Perserikatan Bangsa -Bangsa (PBB), Selasa (22/9).
Rencananya Presiden Jokowi juga akan menyampaikan pidatonya pada hari Rabu (23/9) secara virtual. Ini merupakan kali pertama Jokowi sampaikan pidato di Sidang Umum PBB.
Berbeda dengan peringatan pendirian PBB sebelumnya, perayaan tahun ini dilakukan secara sederhana karena dunia masih dilanda pandemi. Tahun ini bertemakan “The Future We Want, the United Nations We Need: Reaffirming Our Collective Commitment to Multilateralism”.
Dalam sambutannya secara virtual , Retno menyampaikan PBB harus memberikan dampak nyata dan tidak terjebak pada retorika.
"Dalam jangka pendek, hal ini dapat tercermin dalam upaya menjamin dan memfasilitasi akses kebutuhan vaksin dan obat-obatan yang terjangkau bagi semua," terang Retno.
Dalam jangka panjang, lanjut Retno, PBB harus berupaya untuk menciptakan ketahanan ekonomi global dan penguatan sistem kesehatan global.
“PBB harus tetap relevan dan dapat mengantisipasi tantangan mendatang. Untuk itu, PBB harus terus memperbaiki diri agar tetap efisien, adaptif dan memiliki kemampuan deteksi dini," tegas Retno.
"Selama lebih dari 75 tahun, PBB telah menghadapi tantangan jaman, memberikan sumbangsih yang luar biasa bagi dunia,"; tegas Menlu.
Akan tetapi, berbagai tantangan global terus meningkat, sebagaimana kita hadapi saat ini dengan pandemi COVID-19. Seluruh negara memiliki ekspektasi yang semakin tinggi agar PBB dapat memperkuat kepemimpinan kolektif dunia dan membawa hasil nyata.
Retno juga menilai perayaan 75 tahun PBB ini merupakan ujian bagi PBB untuk meningkatkan relevansinya serta mengelola ekspektasi dunia. (johara/tha)