JAKARTA - Untuk mengetahui dampak pandemi Covid-19 bagi Industri Periklanan, Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) DKI Jakarta melakukan survei. Mengingat industri Periklanan adalah salah satu sektor yang rentan jika terjadi pelambatan ekonomi. Survei dilakukan terhadap 134 perusahaan yang menjadi anggota P3I DKI Jakarta.
Ketua P3I DKI Jaya, Elwin Mok berharap, melalui survey tersebut, para pelaku industri periklanan mengetahui tingkat kegentingan maupun optimisme dalam menghadapi semester ke-2 2020 dan menyambut 2021. Selain itu, ia juga berharap data hasil survei bisa menjadi indikasi dan basis data dalam menilai kondisi yang sedang dihadapi bersama.
"Dari 134 perusahaan anggota P3I DKI, 51 perusahaan bersedia menjadi responden dan mengisi survei. Adapun survei tersebut dilakukan secara online dari 25 - 31 Agustus 2020. Dari survei tersebut, didapati bahwa jasa periklanan yang paling banyak disediakan perusahaan responden ialah di digital dan media sosial yakni sebesar 74,5% Kemudian disusul above the line sebesar 60,8%," katanya,Edhy Bawono, Ketua Bidang Internal Organisasi P3I DKI Jaya, Jumat (18/9/2020).
Adapun kategori yang menjadi 3 klien utama responden ialah Fast Moving Consumer Goods (FMCG) sebesar 60,8% kemudian Food & Beverages 41,2%, finansial dan telekomunikasi–masing-masing 31,4%. Selanjutnya, diketahui bahwa sebagian besar dari responden merupakan perusahaan menengah dan besar. Dari seluruh responden, 64,7% di antaranya memiliki karyawan di atas 50 orang.
Sampai dengan Quarter 2 2020, dari hasil survei diketahui sebagian besar perusahaan belum mencapai target, namun mayoritas (64,7 %) sudah mencapai 50-100%. Hanya 5,9% yang sudah melampaui target.
Salah satu indikator dampak Pandemi terhadap perusahaan adalah kemampuan perusahaan dalam membayar THR pada hari raya lebaran. Mayoritas responden menjawab bisa memenuhi kewajiban THR. Sekitar 5,9% mengatakan menunda pembayaran THR dan 2,0% mengatakan pembayaran THR dicicil.
Dalam menghadapi pandemi, kurang lebih separuh responden sudah melakukan pemotongan gaji. 31,4% melakukan pemotongan gaji di level manajemen dan 19,6 % melakukan pemotongan gaji di seluruh level. Sedangkan 49 % perusahaan tidak melakukan pemotongan gaji.
Untuk menghadapi tantangan di masa pandemi, perusahaan biasanya cenderung melakukan efisiensi untuk bertahan. Didapati bahwa 76% perusahaan menunda perekrutan karyawan baru, sekitar 60,8% perusahaan tidak melakukan PHK. Sekitar 19,6% sudah melakukan PHK sebagian dari karyawan dan 2 % melakukan PHK terhadap sebagian besar karyawan. Hanya 17,6 persen perusahaan yang menambah karyawan baru.
Dari hasil survei diketahui sekitar 75% perusahaan diproyeksikan mengalami penurunan billing jika dibandingkan 2019, di mana bisa berdampak pada penurunan laba perusahaan. Kendati demikian, sebagian besar sekitar 74,5% memproyeksikan pihaknya bisa bertahan di 2020 ini. Bahkan 15% lainnya optimis bisnisnya bisa bertumbuh.
Beberapa jawaban untuk bertahan di masa Pandemi yang muncul dalam survey adalah dengan melakukan inovasi, menjaga kepercayaan klien, adopsi produk dan jasa baru, merampingkan organisasi dan lebih multitasking, smart operation, dan mengalihkan fokus atau bahkan beralih ke bisnis digital.
"Fakta diatas sejalan dengan theory survival of the fittest oleh Charles Darwin, bahwa bukan yang terkuat yang hidup, melainkan mereka yang cepat beradaptasi dengan perubahan yang akan tetap hidup, yang dapat Kita terapkan dalam berkorporasi. P3I DKI akan terus melanjutkan program training webinar guna percepatan kemapanan talenta periklanan dan business insights bagi pengambil keputusan" jelas Edhy Bawono.