ADVERTISEMENT

Pelaku Mutilasi Rinaldi Harley Sadis, Psikolog Forensik : Tipe Pembunuhan Instrumental Gratifikasi

Sabtu, 19 September 2020 00:59 WIB

Share
Pelaku Mutilasi Rinaldi Harley Sadis, Psikolog Forensik : Tipe Pembunuhan Instrumental Gratifikasi

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA - Mayat di mutilasi dalam koper dan tas rangsel yang dilakukan pasangan kumpul kebo, Djumadil Al Fajri, 26 dan Laeli Atik Supriyatin, 27, sangat sadis, penuh amarah dan dilakukan dengan rapi.

Menurut pakar ahli psikologi dan forensik, Reza Indragiri Amriel, aksi mutilasi, menyusul pembunuhan dilakukan kedua tersangka sadis. Kesadisan itu diasosiasikan dengan luapan emosi negatif.

Faktanya, kata Reza mengacu investigasi Polda Metro Jaya, tidak demikian. Kasus ini tampaknya termasuk tipe pembunuhan instrumental gratifikasi (ekonomi).  "Niat awal para pelaku adalah merampas harta. Tapi karena korban melawan, terjadi benturan fatal. Perilaku pelaku kebablasan, sehingga perampokan dan pemerasan berencana justru menjadi pembunuhan," kata Reza, Jumat (18/9/2020).

Baca juga: Rekonstruksi Mutilasi Rinaldi Harley, Pelaku Peragakan Cari Korban Lewat Aplikasi Tinder

Aksi mutilasi mereka pun, kata Reza bukan didorong oleh emosi, tapi dilatari motif instrumental (tidak ada sangkut pautnya dengan suasana hati) pula, yaitu untuk menghalangi kerja kepolisian.  "Tubuh korban dicacah-cacah dengan maksud agar barang bukti lebih mudah dihilangkan, pelarian diri dari TKP lebih cepat, dan korban tidak dapat diidentifikasi," ucapnya.

Modus yang rapi, yaitu menjebak korban secara seksual, sambung Reza boleh jadi mengindikasikan bahwa secara berkelompok para pelaku pernah melakukan modus serupa sebelumnya. 

"Alhasil, betapa pun kebablasan, penggunaan modus yang sama atas diri korban terakhir merupakan bukti kefasihan sekaligus puncak karir kriminal para pelaku. Kriminal generalis, bukan spesialis pembunuhan," tukasnya.

Lantas, para pelaku sebaiknya diapakan? Reza mengaku, dengan asumsi adanya riwayat kejahatan dan kefasihan sebagai hasil belajar,  ditambah dengan hasil studi bahwa faktor finansial merupakan prediktor yang kuat bagi residivisme pelaku pembunuhan. "Karena itu semoga Polda Metro Jaya dan Kejaksaan memaksimalkan ancaman pidana bagi dua sejoli maut itu," katanya. (ilham/ruh)

 

 

Halaman

ADVERTISEMENT

Reporter: Guruh Nara Persada
Editor: Guruh Nara Persada
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT