JAKARTA - Malam menjelang dinihari, sebagian warga Ibu Kota sudah terlelap. Tetapi bagi anak jalanan (anjal) yang mengais rezeki di perempatan lampu merah, di tengah deru dan debu, mereka justru baru memulai mengais rupiah.
Angin malam dan asap kendaraan bermotor, bukan jadi halangan bagi bocah-bocah ini. Mereka seakan tidak mengerti negeri ini tengah menghadapi pandemi Covid-19, dan tak paham protokol kesehatan, dan tak peduli masker.
Pemandangan ini bisa dilihat antara lain di perempatan lampu merah Citraland, Grogol, Jakbar, di kawasan Tomang, atau di perempatan Harmoni, Jakarta Pusat. Ketika jam menunjukkan pukul 23;00, di saat tak ada lagi petugas mengawasi, ketika itulah mereka turun ke jalan mengais rupiah.
Anak-anak ini bergerombol di perempatan jalan, atau di kolong jalan layang, menunggu lampu merah menyala. Begitu traffic light menyala merah, bocah-bocah ini menyebar menghampiri mobil dan pengendara motor, sambil menadahkan tangan atau menyodorkan plastik bekas bungkus permen berharap rupiah.
‘Bu.... tolong Bu buat makan,” ucap satu bocah sambil mengintip kaca mobil pengendara. ‘Om..., bagi-bagi rezeki dong,’ ucap bocah lainnya yang menghampiri pengendara motor.
Pemandangan yang membuat miris, beberapa bocah berusia 10-12 tahun menggendong balita sambil meminta-minta. Bahkan balita yang dibawa, terkadang dibiarkan merangkak di atas trotoar. Sementara di balik pilar jalan layang, atau di pojok lampu merah, tampak lelaki dewasa atau ibu-ibu yang mengawasi anak-anak ini dari kejauhan.
Masih Sekolah
Di semua wilayah DKI Jakarta, baik Jakarta Barat, Pusat, Timur maupun Jakarta Utara, anak-anak mencari uang di jalan sudah menjadi pemandangan biasa. Baik siang maupun malam, bocah-bocah mengamen atau mengemis gampang ditemui. Terlepas dari apakah mereka dieksploitasi oleh orang tuanya, atau diperas oleh jaringan, faktanya anak usia sekolah berada di jalanan mencari nafkah.
Salah satu bocah, A (11), yang masih duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar. Dia terpaksa mengamen bersama teman-temannya untuk membantu orang tuanya.
“Saya ngamen buat bantu Ibu, buat makan. Sehari paling tidak dapat Rp50 ribu, baru pulang,” ucapnya saat ditemui di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, beberapa waktu lalu.
Dia mengaku mengamen di kawasan Kota Tua mulai pukul 17.00 hingga 01.00 WIB.